Tindakan Militer Makin Brutal, Korban Tewas Warga Sipil Usai Kudeta Myanmar Kini Lampaui 700 Orang

11 April 2021, 16:00 WIB
Demonstrasi di Myanmar/Reuters/Athit Perawongmetha /

PR SUMEDANG - Korban tewas warga sipil akibat tindakan brutal militer Myanmar terhadap perbedaan pendapat usai kudeta kini telah melampui 700 orang pada Minggu, 11 April 2021 pagi.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021 lalu, menyulut protes yang terjadi hampir di seluruh negara.

Cabang terbesar Bank Myawaddy di Mandalay menjadi sasaran pada Minggu pagi dan seorang penjaga keamanan terluka dalam ledakan yang dilakukan oleh militer Myanmar, menurut media lokal.

Baca Juga: Ketiak Bau Bawang? Ini Cara Efektif dan Mudah Hilangkan Bau Hanya dengan 15 Detik

Dikutip PikiranRakyat-Sumedang.com dari AFP, bank tersebut adalah salah satu dari sejumlah bisnis yang dikendalikan militer yang menghadapi tekanan boikot sejak kudeta, dengan banyak pelanggan menuntut untuk menarik tabungan mereka.

Pada Sabtu, satu kelompok pemantau lokal mengatakan pasukan keamanan menembak mati dan menewaskan 82 pengunjuk rasa anti-kudeta pada hari sebelumnya di kota Bago, 65 km timur laut Yangon.

Rekaman yang diverifikasi AFP pada Jumat pagi menunjukkan pengunjuk rasa bersembunyi di balik barikade karung pasir dengan senapan rakitan, ketika ledakan terdengar di latar belakang.

Baca Juga: Benarkah Mode Gelap pada Perangkat Elektronik Baik untuk Kesehatan Mata? Simak Penjelasan Ahli

Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Myanmar men-tweet Sabtu malam bahwa mereka mengikuti pertumpahan darah di Bago, di mana dikatakan perawatan medis untuk yang terluka telah ditolak.

Secara keseluruhan, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik telah memverifikasi 701 kematian warga sipil sejak kudeta tersebut.

Meskipun terjadi pertumpahan darah, pengunjuk rasa terus melakukan unjuk rasa di beberapa bagian negara.

Baca Juga: Menjelang Ramadhan 1442 H, Berikut Ini Manfaat Buah Kurma Bagi Kesehatan

Mahasiswa universitas dan profesor mereka berbaris melalui jalan-jalan di Mandalay dan kota Meiktila pada Minggu pagi, menurut media lokal.

Beberapa membawa tangkai bunga Eugenia - simbol kemenangan. Sementara, di Yangon, pengunjuk rasa membawa spanduk yang bertuliskan: "Kami akan mendapatkan kemenangan, kami akan menang."

Para pengunjuk rasa di sana, serta di kota Monywa, menulis pesan politik di daun termasuk "kita harus menang" dan menyerukan intervensi PBB untuk mencegah pertumpahan darah lebih lanjut.

Baca Juga: Asam Lambung Naik Disebut Bukan Satu-satunya Penyebab GERD, Simak Penjelasan Ahli

Di seluruh negeri orang telah didesak untuk berpartisipasi dalam protes obor di lingkungan mereka setelah matahari terbenam pada Minggu malam.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: AFP

Tags

Terkini

Terpopuler