Studi Baru Vaksin Covid-19, CDC Beberkan Cara Kerja Vaksin Melawan Virus Corona

1 Januari 2021, 20:46 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19*/ /Iwan Rahmansyah

PR SUMEDANG - Studi baru tentang Covid-19 kembali hadir dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC). 

Kali ini, CDC menyatakan vaksin Covid-19 tak mengandung virus hidup yang menyebabkan seseorang terkena Covid-19.

Alih-alih mengandung virus hidup, vaksin Covid-19 bekerja dengan mengajari sistem kekebalan tubuh bagaimana mengenali dan melawan virus yang menyebabkan Covid-19.

Senada dengan CDC, seorang asisten profesor ilmu kebidanan, ginekologi dan reproduksi di University of California, San Francisco, Dr. Stephanie Gaw menambahkan pernyataan yang menguatkan.

Baca Juga: Soal Pembubaran FPI, Profesor Monash Australia Ariel Heryanto Ungkap Tiga Hal Buat Tidak Setuju

Dikutip PikiranRakyat-Sumedang.com dari Antara News,  profesor itu mengungkapkan, vaksin yang dikembangkan Pfizer, BioNTech dan Moderna tidak mengandung virus corona, melainkan mengandung molekul atau disebut mRNA yang tidak dapat menyebabkan infeksi dalam tubuh.

Artinya, memang terkadang proses tubuh mengenali dan melawan virus bisa menimbulkan gejala, seperti demam, tetapi kondisi ini normal karena merupakan tanda tubuh sedang membangun kekebalan.

Hal lain yang disebutkan CDC adalah, tubuh biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu untuk membangun kekebalan setelah vaksinasi.

Ini artinya, bisa saja orang terkena terinfeksi virus penyebab Covid-19 sebelum atau setelah vaksinasi lalu jatuh sakit karena karena vaksin belum punya cukup waktu untuk memberikan perlindungan.

Baca Juga: FPI Sudah Bubar, Menko Polhukam Izinkan Front Pejuang Islam, Mahfud MD: Asal Tidak Melanggar Hukum

Sedangkan seorang Internis di University of Illinois School of Public Health, Jay Bhatt dan dokter di Massachusetts, Shazia Ahmed seperti dikutip dari ABC News, mengatakan, vaksin Pfizer, BioNTech dan Moderna membutuhkan dua dosis yang diberikan dengan jarak dua minggu.

Menurut mereka, bergantung pada vaksinnya, perlu waktu empat hingga enam minggu sejak pemberian dosis awal untuk mencapai tingkat kekebalan dan perlindungan yang sebanding seperti dalam uji klinis.

Dengan kata lain, seperti diungkap CDC, selama waktu ini, Anda masih mungkin tertular infeksi dan jatuh sakit.

Baca Juga: Hikmah Pandemi Covid-19, 4 Kebiasaan Masyarakat yang Berubah Sejak New Normal

Adapun fakta lain mengenai vaksin Covid-19, yakni tidak akan membuat Anda mendapatkan hasil positif pada tes Covid-19, menurut uji klinis yang dilakukan di Amerika Serikat.

Saat tubuh Anda mengembangkan respons imun, yang merupakan tujuan vaksinasi, ada kemungkinan Anda dapat mendapat hasil positif dalam tes antibodi.

Tes antibodi menunjukkan Anda pernah mengalami infeksi sebelumnya sekaligus kemungkinan perlindungan tertentu terhadap virus. Para ahli saat ini sedang melihat bagaimana vaksinasi Covid-19 dapat memengaruhi hasil pengujian antibodi.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Spesial Akhir Tahun, Andin Tak Sadarkan Diri usai Minum Racun

Sementara itu, para penyintas Covid-19 masih bisa mendapatkan manfaat vaksin karena ada kemungkinan terkena infeksi kembali.

Hanya saja, para ahli kesehatan belum mengetahui sampai kapan seseorang terlindungi dari Covid-19 setelah sembuh.

Beberapa bukti awal menunjukkan kekebalan alami mungkin tidak bertahan lama, tetapi tentu sepakat bahwa vaksin dapat membantu Anda mencegah terkena Covid-19.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News

Tags

Terkini

Terpopuler