Benarkah Membedong Bayi Bisa Meluruskan Kaki Bayi yang Bengkok? Simak Tips Membedong Bayi Berikut

2 Mei 2022, 10:15 WIB
Ilustrasi bayi, simak tips membedong bayi agar terhindari dari berbagai risiko. /Pixabay/esudroff

SUMEDANGKLIK – Bagi sebagian besar masyarakat, membedong bayi yang baru lahir dipercaya bisa mencegah kaki Si Kecil agar tidak bengkok.

Oleh sebabnya, tradisi membedong bayi kerap dilakukan di sebagian besar wilayah, tidak terkecuali di perkotaan pun masih ada yang membedong bayi.

Namun, benarkah membedong bayi ini bisa mencegah kaki bayi bengkok dan memengaruhi perkembangan tulang kaki?

Baca Juga: Cah Kangkung Baso, Menu Buka Puasa Masakan Ibu di Rumah, Inilah Resep dan Cara Membuatnya

Selama dilakukan dalam waktu, durasi, dan dengan cara yang tepat, membodong bayi dari dulu dipercaya memiliki banyak manfaat.

Selain dapat menjaga tubuh bayi tetap hangat dan membantunya tidur lebih nyenyak, tidak sedikit juga orang tua yang percaya bahwa membedong bayi bisa mencegah terjadinya kaki bengkok.

Dilansir dari berbagai sumber, kondisi kaki bayi baru lahir bisa saja memiliki kaki yang terlihat bengkok. Namun hal itu karena selama di dalam kandungan, terjadi pergerakan tulang agar posisi dan ukuran janin tetap pas di dalam kandungan.

Hal ini merupakan keadaan yang normal dan secara perlahan saat bayi lahir lalu mulai belajar berjalan, kaki yang bengkok berangsur-angsur akan kembali lurus.

Baca Juga: Garut Jadi Wilayah Rawan Longsor, Warga Setempat dan Pemudik Diimbau Tetap Waspada

Akan tetapi, sebagian orang tua mungkin menjadi terlalu khawatir dengan kondisi ini dan berusaha secepatnya mencari cara untuk memperbaiki atau mencegah kaki bayi bengkok.

Salah satu cara yang umum dilakukan dan dipercaya dapat mencegah kaki bengkok adalah dengan membedong bayi.

Konon katanya, balutan kain atau lampin di tubuh bayi ini akan membuat kakinya menjadi lurus, sehingga risiko kaki bayi bengkok pun bisa dihindari.

Namun, faktanya, membedong bayi terlalu ketat justru bisa meningkatkan risiko terjadinya dislokasi panggul.

Baca Juga: Es Kopi Cincau Menu Minuman Takjil Berbuka Puasa Kekinian yang Simple, Simak Cara Membuat Minuman Segar Ini

Bahkan, membedong saat bayi sudah aktif bergerak dan berguling juga bisa meningkatkan risiko terjadinya sindrom kematian mendadak.

Sindrom kematian mendadak bisa terjadi ketika bayi terguling dengan posisi tengkurap dan ia tidak mampu kembali ke posisi semula akibat balutan bedong pada anggota geraknya yang terlalu kuat. Pada akhirnya, ini akan menyebabkan bayi kesulitan bernapas

Selain itu, jika balutan bedong terlalu longgar, sisa kain yang terlepas juga bisa menutupi hidung dan mulut yang merupakan jalan napas bayi.

Oleh karena itu, Bunda perlu mengetahui cara membedong bayi yang benar dan waktu yang tepat untuk menghentikan kegiatan ini, sehingga Si Kecil dapat terhindar dari risiko-risiko yang tadi disebutkan.

Baca Juga: Amankah Jika Si Kecil Tidak Berselera Makan Nasi? Berikut Penejelasannya

Berikut ini adalah beberapa tips membedong bayi yang bisa Bunda terapkan:

1. Jangan membedong bayi terlalu ketat atau terlalu longgar. Pastikan agar balutan yang dilakukan tetap bisa membuat pinggul dan kakinya bergerak dengan bebas.

2. Hentikan kebiasaan membedong bayi saat ia sudah menunjukkan tanda bisa berguling, yaitu sekitar usia 2 bulan.

3. Saat bayi dibedong, selalu pastikan agar posisinya tetap telentang, terutama ketika ia tidur. Lakukan pengawasan lebih ketat pada bayi yang sudah mulai menunjukkan tanda bisa berguling.

Jika dilakukan dengan cara yang tepat, membedong bayi tergolong aman kok, Bun. Malahan, ini dipercaya bisa membuatnya merasa lebih tenang, aman, serta nyaman, dan bahkan bisa juga membuat bayi tidur lebih nyenyak.

Baca Juga: Kantor SAR Bandung Siapkan Sejumlah Posko Siaga SAR Khusus, Ini Lokasinya

Jika Bunda masih ragu dan punya pertanyaan seputar membedong bayi atau kaki bengkok pada bayi, konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan saran terbaiknya.

Selain itu, Bunda juga perlu memeriksakan Si Kecil ke dokter apabila kaki bengkok yang dialaminya masih bertahan sampai usianya di atas 3 tahun, terlihat semakin bengkok, atau sudah membuatnya kesulitan beraktivitas. ***

Editor: Ecep Sukirman

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler