Mencegah Glaukoma dengan Mengendalikan Konsumsi Gula saat Berpuasa

- 22 Maret 2024, 12:40 WIB
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) pada acara diskusi soal kesehatan mata bersama Rumah Sakit Spesialis Mata Jakarta Eye Center (JEC) di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2024)
Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) pada acara diskusi soal kesehatan mata bersama Rumah Sakit Spesialis Mata Jakarta Eye Center (JEC) di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2024) /FOTO: ANTARA/Abdu Faisal

SUMEDANG BAGUS - Momen berpuasa di bulan Ramadhan menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk mengurangi konsumsi gula berlebih guna melindungi kesehatan mata dari risiko penyakit diabetes. Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K), Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyatakan bahwa pengidap diabetes melitus memiliki risiko tinggi terkena glaukoma, yang sulit ditangani.

"Penderita diabetes merupakan pasien yang paling sulit ditangani oleh kami, dokter spesialis mata subspesialis glaukoma. Pengobatannya melibatkan penanganan diabetes, prosedur laser pada retina, penyuntikan untuk mengatasi pendarahan, serta berbagai prosedur operasi," ungkap Widya dalam diskusi kesehatan mata di Jakarta Eye Center (JEC), Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis.

Widya menyarankan agar saat berbuka puasa, konsumsi air putih lebih banyak untuk mengurangi keinginan mengonsumsi makanan atau minuman manis. Hal ini merupakan langkah disiplin tubuh dalam mencegah glaukoma akibat diabetes.

Jenis glaukoma neovaskular seringkali dipicu oleh diabetes melitus yang tidak terkontrol. Di negara berkembang, sekitar 90% kasus glaukoma tidak terdiagnosis. Masalah ini diperparah dengan fakta bahwa sekitar satu milyar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap perawatan kesehatan mata.

Dalam rangka memperingati Pekan Glaukoma Sedunia pada tanggal 10-16 Maret 2024, JEC Group telah menyelenggarakan berbagai kegiatan sosialisasi dengan tema "Gerakan Sadar Glaukoma: Guna Menyelamatkan Kualitas Hidup Kita".

Tujuan kegiatan tersebut adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang glaukoma, mendorong kesadaran akan pentingnya deteksi dini glaukoma, dan upaya pencegahan kebutaan akibat glaukoma. Karena glaukoma seringkali tanpa gejala, deteksi dini sangatlah penting. Tekanan bola mata yang tinggi, di atas 21 mmHg, adalah indikator umumnya.

Diagnosis glaukoma menggunakan alat tomografi koherensi optik (OCT), yang merupakan teknologi pencitraan penting yang telah tersedia di JEC. Dengan langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini yang tepat, diharapkan risiko terkena glaukoma dapat diminimalkan, serta kualitas hidup masyarakat dapat terjaga dengan baik.***

 
 

Editor: Helmi Surya

Sumber: antaranews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x