Sepenting Apa Black Box Sriwijaya Air SJ 182 ? Ini Sejarah Penamaan Kotak Hitam dan Cara Kerjanya !

- 13 Januari 2021, 14:08 WIB
Tim SAR Gabungan tunjukkan Black Box dan paparkan kesulitan selama pencarian.
Tim SAR Gabungan tunjukkan Black Box dan paparkan kesulitan selama pencarian. /ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

PR SUMEDANG - Tim penyelam TNI Angkatan Laut telah berhasil mengamankan satu dari dua kotak hitam atau Black Box, Flight Data Recorder, dari pesawat Sriwijaya Air Boeing 737-500 yang jatuh ke Laut Jawa pada Sabtu, 10 Januari 2021.

Lantas sepenting apa Black Box tersebut? Serta bagaimana cara kerja proses pembacaan Black Box itu?

Mengutip dari Reuters, Black Box adalah sebuah kotak sistem yang sebenarnya tidak berwarna hitam, tetapi oranye dengan visibilitas tinggi.

Baca Juga: Raffi Ahmad Ikut Jalani Vaksinasi Covid-19 Perdana, Tuai Dukungan Warganet: Sehat Selalu, A!

Awalnya para ahli tidak setuju bagaimana penamaan julukan itu berasal tetapi telah menjadi identik dengan pencarian jawaban ketika pesawat jatuh.

Banyak sejarawan menghubungkan penemuan mereka dengan ilmuwan Australia David Warren pada 1950-an.

Tujuannya bukan untuk menetapkan tanggung jawab hukum, tetapi untuk mengidentifikasi penyebab dan membantu mencegah kecelakaan di masa yang akan datang agar tidak terulang lagi.

Perangkat pada Black Box mencatat data terbatas pada kabel atau foil. Untuk model seperti yang biasanya ditemukan pada Boeing 737-50 yang dirancang tahun 1980-an menggunakan pita magnetik, sedangkan untuk jenis yang lebih modern menggunakan chip komputer.

Baca Juga: Ungkap Pentingnya Vaksinasi, Ridwan Kamil: Yang Menolak Divaksin Bisa Didenda hingga Ditahan

Rekaman percakapan antara pilot dengan co-pilot disimpan di dalam kontainer tahan tabrakan yang mampu menahan 3.400 kali gaya gravitasi saat benturan.

Akhir-akhir ini, Airbus dan BEA Prancis sedang menguji desain alternatif pada panel apung yang tertanam di badan pesawat.

Dalam desain mendatang, pihaknya menuturkan tentang inovasinya yang menugkinkan baut akan otomatis tertarik dan Black Box akan jatuh terlebih dahulu ketika pesawat akan jatuh ke dasar laut untuk menghindari pencarian di laut dalam.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Perdana, Presiden Jokowi Dapat Sejumlah Pertanyaan Ini Sebelum Divaksin

Berat Black Box sekira 4,5 kilogram dan terdiri dari empat bagian utama yakni:

1. Rangka atau antarmuka, yang dirancang untuk memperbaiki perangkat dan memfasilitasi perekaman dan pemutaran.

2. Suar pencari lokasi bawah air

3. Housing inti atau 'Crash-Survivable Memory Unit' terbuat dari stainless steel atau titanium

4. Rekaman dalam bentuk chip atau format yang lebih lama (pita magnetik)

Lalu tersemat dua alat perekam yaitu Cockpit Voice Recorder (CVR) untuk suara pilot atau suara kokpit, dan Flight Data Recorder (FDR).

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 ke Presiden Jokowi, Abdul Muthalib Mengaku Suntikan Tanpa Rasa Sakit

Setelah Black Box berhasil ditemukan, teknisi langsung menempatkan perekam kembali di air untuk mencegah kerusakan akibat kontak dengan udara saat diangkut.

Setelah kering, teknisi membuka bahan pelindung dan dengan hati-hati membersihkan dan mengambil kembali rekaman yang disalin.

Pakar laboratorium terkadang menggunakan 'analisis spektral' yaitu cara memeriksa suara yang dapat mendeteksi alarm yang hampir tidak terdengar atau saat retakan pertama ledakan.

Baca Juga: Abdul Muthalib Penyuntik Presiden Curhat, Akui Sedikit Gemetar Menyuntik Vaksin Covid-19 ke Jokowi

Sebagian penyelidik mengatakan jet Sriwijaya tampak utuh saat menabrak air.

FDR berisi sekira 25 jam data di delapan trek dan CVR memiliki 30 menit percakapan, menurut laporan akhir model serupa Boeing 737 yang jatuh pada 2008.

Sementara model setelahnya memiliki rekaman kokpit selama dua jam.

Di banyak negara, hanya penyelidik utama dan segelintir orang yang diizinkan untuk mendengarkan rekaman kokpit mentah.

Halaman:

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah