Bersumpah Adakan Pemilihan Bebas, Pemimpin Militer Myanmar Sampaikan Pidato Nasional Pertama Usai Kudeta

- 9 Februari 2021, 09:02 WIB
Pimpinan tertinggi militer Myanmar, Min Aung Hlaing.
Pimpinan tertinggi militer Myanmar, Min Aung Hlaing. /Deutsche Welle

Panitia pemilihan harus direformasi, katanya. Dia menuduhnya menggunakan pandemi virus corona sebagai alasan untuk mencegah kampanye yang adil.

"Kami akan mengadakan pemilu multipartai dan kami akan menyerahkan kekuasaan kepada yang menang dalam pemilu itu, sesuai dengan aturan demokrasi," katanya.

Dia tidak memberikan kerangka waktu tetapi junta mengatakan keadaan darurat akan berlangsung satu tahun.

Baca Juga: J-Hope BTS hingga Rose BLACKPINK, Forbes Ungkap 5 Solois K-Pop yang Bisa Dobrak Musik Amerika di 2021

Beberapa pegawai pemerintah telah bergabung dengan dokter dan guru dalam menggalang seruan untuk pembangkangan sipil dan pemogokan.

"Kami meminta staf pemerintah dari semua departemen untuk tidak hadir bekerja mulai Senin," kata aktivis Min Ko Naing, seorang veteran demonstrasi 1988 yang membuat Suu Kyi terkenal.

Darurat militer diberlakukan di beberapa bagian Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, Senin setelah ratusan ribu orang berkumpul di seluruh negeri menentang kudeta dan militer mengeluarkan peringatan keras terhadap protes lebih lanjut.

Baca Juga: 5 Idol K-Pop Ini Tak Sabar Ingin Menikah Secepatnya: Somi Masih 21 Tahun, Cha Eun Woo Sampai Menangis

Perintah itu mencakup tujuh kota di Mandalay, melarang orang melakukan protes atau berkumpul dalam kelompok-kelompok yang terdiri lebih dari lima orang, dan jam malam akan berlaku dari jam 8 malam sampai jam 4 pagi, kata departemen administrasi umum dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan serupa telah dibuat di sebuah kotapraja di Ayeyarwaddy lebih jauh ke selatan dan pengumuman mengenai tempat lain diharapkan keluar malam ini.

Halaman:

Editor: Nur Annisa

Sumber: Channel New Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah