Temukan Rekahan Lain, Ahli Geologi ITB Ingatkan Bahaya Longsor Susulan di Kecamatan Cimanggung

14 Januari 2021, 13:12 WIB
Diduga Masih Ada 24 Orang Yang Tertimbun Longsor di Sumedang /Media Jabodetabek/BASARNAS

PR SUMEDANG - Ahli bidang longsoran tanah dan geologi teknik Insitut Teknologi Bandung Dr Eng Imam Achmad Sadisun ST MT mengingatkan bahayanya longsor susulan Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang.

Hal tersebut disimpulkan setelah tim dari KK Geologi Terapan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB meninjau lokasi terjadinya longsor yang telah menelan banyak korban jiwa.

Berdasarkan siaran pers Humas ITB, Tim tersebut menemukan rekahan lain dengan jarak tujuh meter dari lokasi kejadian di bagian atas lereng dekat ke jalan dan dari rekahan yang ditemukan perlu menjadi kewaspadaan akan bahaya longsoran susulan.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Meninggal Dunia, SBY Turut Sampaikan Duka Mendalam: Selamat Jalan Sahabatku

"Kita melihat longsoran susulan ini belum berhenti. Tim ITB ke sana retakan itu ternyata masih ada sampai ke jalan di perumahan yang ada di atas dan paling jauh jaraknya 7 meter, nah ini suatu saat bisa jadi meluncur lagi (longsor)", ujarnya, dikutip PikiranRakyat-Sumedang.com dari Antara.

Longsor yang terjadi di Cimanggung tidak hanya sekali terjadi dan setidaknya ada empat kali kejadian longsoran menurut banyak saksi mata di lokasi tersebut.

"Dari berbagai dokumentasi foto dan video, dapat diamati dengan jelas bahwa longsoran susulan cenderung berkembang menuju arah gawir utama atau mahkotanya,” ujarnya.

Baca Juga: Gegara Cuaca Buruk, Lion Air dan Garuda Indonesia Gagal Mendarat di Pontianak

Menurut Imam Sadisun, jika melihat peta geologi di daerah tersebut, lokasi tempat terjadinya longsor itu masuk zona merah dan kuning. Artinya, memiliki potensi longsor yang tinggi dan sangat tinggi.

"Sehingga untuk perumahan dan pemukiman peruntukkannya sangat terbatas," ujarnya.

Ia pun menyarankan agar pihak terkait selalu memperhatikan UU Penataan Ruang dan Lahan di kawasan yang berpotensi longsor.

Baca Juga: Curhat Soal Vaksinator yang Grogi, Jokowi ke Sri Mulyani: Seperti Suntik Vaksin Masa Kecil

Ia menjelaskan, longsoran yang terjadi bukanlah jenis longsoran biasa, melainkan bisa merupakan longsoran kompleks.

Lebih lanjut, menurtnya, kejadian di Sumedang ini terjadi karena proses gelinciran (sliding) pada bagian atas hingga proses aliran (flowing) di bagian tengah dan bawah sistem longsoran.

"Kejadian longsoran yang diikuti oleh proses aliran lumpur atau bahkan aliran bahan rombakan umumnya menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan,” katanya.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber Meninggal Dunia, Deddy Corbuzier Unggah Foto Salat Bersama: Kita akan Merindukanmu

Berdasarkan pengamatan dan analisisnya, area longsoran Cimanggung ini berawal dari bagian tengah sistem lereng yang ada, sehingga keseimbangan atau kestabilan lereng terganggu serta terjadi hujan lebat.

Selain itu di area tersebut lahannya sudah banyak dibuka untuk area perumahan, baik pada bagian atas lereng, tengah hingga pada bagian bawahnya.

Kenaikan tekanan pori dan berat isi material pembentuk lereng oleh infiltrasi air hujan, telah memberikan kontribusi yang sangat berarti pada proses terbentuknya longsoran ini.

Baca Juga: Tak Taat Prokes dan Hadiri Pesta Usai Vaksinasi Covid-19, Raffi Ahmad Dapat Teguran dari Istana

Terkait akan bahaya longsoran susulan, Imam mengusulkan agar pemerintah segera melakukan upaya penanganan.

Hal itu bisa dilakukan dengan cara penataan dari atas tebing, mulai dari stabilisasi lereng tersebut dengan melakukan perkuatan material pembentuk lereng atau pemberian struktur penahan lereng secara bertahap, hingga pengaturan drainase permukaan dan bawah permukaan dengan baik.

"Atau jika tidak dilakukan penataan ulang kawasan, bisa dengan cara merelokasi masyarakat yang ada di sekitar lokasi longsor ke tempat aman," kata dia.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler