Waduh, Cakupan Imunisasi Sub PIN Polio Kota Bandung Baru 73,4%

- 24 Mei 2023, 12:15 WIB
Cakupan Imunisasi Sub PIN Polio Kota Bandung Masih Rendah
Cakupan Imunisasi Sub PIN Polio Kota Bandung Masih Rendah /Humas Kota Bandung

SUMEDANG BAGUS -- Kasus lumpuh layuh atau polio yang kembali ditemukan di Kabupaten Purwakarta, membuat Jawa Barat menggelar Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio.

Namun, dalam putaran pertama yang telah digelar pada Maret sampai April lalu, hasil capaian Kota Bandung baru mencapai 73,4 persen dari target 180.000 sasaran.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian mengatakan, capaian tersebut masih di bawah target yang ditetapkan pemerintah pusat, yaitu 95 persen.

"Atas kondisi tersebut, seluruh pemerintah kota kabupaten di Jabar melaksanakan putaran kedua. Daerah yang sudah di atas 90 persen, pelaksanaan sub PIN polio putaran keduanya sudah dilaksanakan 15 Mei kemarin," ungkap Anhar dalam sosialisasi sub PIN polio, Rabu 24 Mei 2023.

Baca Juga: Tips Menjaga dan Merawat Kulit Agar tetap Cerah dan Sehat

Menurut Anhar, Bandung termasuk dalam sejumlah wilayah yang capaiannya masih di bawah 90 persen. Karenanya, pelaksanaan sub PIN putaran kedua baru dimulai pada 22 Mei-2 Juni 2023.

"Kondisi untuk daerah yang tidak mencapai target memang menjadi riskan karena berpotensi terjadinya penularan polio tipe 2. Polio yang saat ini sedang dilakukan vaksinasi adalah tipe polio yang bukan rutin diberikan vaksinasinya, sehingga untuk pelaksanaan sub PIN ini sama sekali tidak melihat status vaksinasi polio sebelumnya," tuturnya.

Oleh karena itu, semua balita apapun status vaksinasi polio sebelumnya tetap harus mendapatkan vaksinasi polio dalam dua putaran. Karenanya, selain mengejar vaksinasi putaran kedua, pihaknya juga harus memenuhi target dari vaksin putaran pertama.

Anhar mengungkapkan, dari hasil evaluasi pelaksanaan sub PIN polio pertama, dari 30 kecamatan di Kota Bandung, hanya dua kecamatan yang mencapai target di atas 95 persen. yaitu Cibeunying Kaler 97 persen, dan Sukajadi 96 persen, sedangkan sisanya masih di bawah target.

Menurut prediksinya, salah satu faktornya karena Kota Bandung merupakan kota metropolitan dan mobilitas penduduknya sangat tinggi.

"Faktornya karena terlalu tinggi target sasaran yang ditetapkan Pusdatin. Kami sudah berupaya bersurat ke Kemenkes untuk mengubah target tersebut, tapi Kemenkes tidak mau mengubah target tersebut dengan beberapa pertimbangan," ujarnya.

Baca Juga: FA Thailand Lakukan Investigasi Buntut Dari Kericuhan Indonesia vs Thailand di Laga Final SEA Games 2023

Untuk meningkatkan capaian vaksinasi, Pemkot Bandung membuat beberapa strategi pada sub PIN kedua ini. Salah satunya dengan menginstruksikan kepada seluruh RS untuk membuka pos vaksin.

"Di Kota Bandung ada 39 RS. Saat putaran pertama kami hanya melibatkan 7-8 RS. Tiap RS bisa memberikan kontribusi sasaran sampai ratusan," katanya.

Anharpun meminta agar seluruh RS membuka pos vaksin polio sesering mungkin dan selama mungkin disesuaikan dengan jadwal pemeriksaan balita di RS.

Sementara itu, Plh Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengatakan, strategi lainnya yaitu dengan meningkatkan kualitas "sweeping" rekan-rekan kewilayahan, puskesmas, kecamatan, kelurahan, dan kader posyandu.

"Beberapa kelurahan melaksanakan 'sweeping' plus plus, menyisir seluruh ruang yang ada balitanya. Ternyata hasilnya luar biasa. Banyak balita yang ada kemungkinan tidak terdata oleh posyandu, seperti di wilayah apartemen, kos-kosan, dan perumahan kawasan elit," kata Ema.

Baca Juga: Kampung Anggur Di Cimahi

Ema menambahkan, Dinkes juga perlu mencari tahu lebih lanjut melalui RS dan dokter spesialis anak di Kota Bandung untuk menyisir angka vaksinasi yang bisa saja terlewat.

"Bisa jadi selama ini ada dari kalangan tertentu yang tidak vaksin ke posyandu. Tapi, vaksin ke RS besar atau dokter anak, sebab tidak semua masyarakat di kalangan tertentu mau memanfaatkan faskes yang disediakan pemerintah seperti posyandu," ujarnya.

Padahal menurut Ema, vaksinasi polio merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menyiapkan kualitas SDM terbaik di masa yang akan datang.

"Kalau fase balita itu kita harus fokus ke kontruksi kesehatannya. Polio ini jadi salah satu upaya untuk menyiapkan balita menajdi SDM yang optimal," pungkasnya.***

Editor: Budi Hartati

Sumber: Humas Kota Bandung


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah