Mengenal 'Ogoh-Ogoh', Ikon Seni dan Tradisi di Bali saat Perayaan Hari Raya Nyepi

- 14 Maret 2021, 10:20 WIB
Ilustrasi. Tahun 2021 menjadi tahun kedua perayaan Hari Raya Nyepi tanpa pawai ogoh-ogoh.
Ilustrasi. Tahun 2021 menjadi tahun kedua perayaan Hari Raya Nyepi tanpa pawai ogoh-ogoh. /ANTARA/Nyoman Budhiana

PR SUMEDANG - Hari Raya Nyepi jatuh pada Minggu, 14 Maret 2021. Nyepi adalah hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap tahun Baru Saka. 
 
Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. 
 
Maka dari itu, Hari Raya Nyepi dilakukan umat Hindu sebagai pemujaan suci terhadap mereka. Perayaan Hari Raya Nyepi selalu dipenuhi dengan suka cita dan banyak pengharapan.
 
 
Berbagai tradisi dan ritual keagamaan kerap dilakukan di beberapa daerah, salah satunya Pulau Dewata, Bali. 
 
Dilansir PikiranRakyat-Sumedang.com dari akun Instagram @kemenparekraf.ri ada ikon khusus dalam perayaan Nyepi ini yaitu bernama Ogoh-Ogoh. 
 
Ogoh-Ogoh merupakan seni dan tradisi yang banyak mencuri perhatian. Pasalnya, ikon ini akan di arak pada hari Pengerupukan (hari sebelum nyepi). 
 
 
Tradisi ini selalu dilakukan setiap tahunnya, namun tahun ini acara tersebut ditiadakan sebagai upaya pencegahan Covid-19.
 
Dalam anatominya, Ogoh-Ogoh ini memiliki berat sekitar 900 kilogram sampai dengan 1,3 tonton dengan tinggi 2,5 meter. 
 
Ikon ini terbuat dari kertas berwarna styrofoam, potongan kaca suede, perada, dan bambu. 
 
 
Ogoh-Ogoh ini sendiri berasal dari kata 'ogah-ogah' yang berarti menggoyangkan atau mengguncang. 
 
Ogoh-Ogoh digambarkan sebagai kekuatan jahat atau gelap yang kerap mengganggu aktivitas.
 
Dalam bentuknya, Ogoh-Ogoh memiliki tiga jenis, yakni Butha Kala, tokoh pewayangan, dan Kontemporer. ***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Kemenparekraf


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah