PR SUMEDANG - Kabar kurang baik kini datang untuk para pencinta vape atau rokok elektrik yang diterbitkan dalam sebuah jurnal Redox Biology.
Penelitian terbaru menyatakan bahwa rokok elektrik atau vape bisa membuat penggunanya menjadi lebih stres.
Sebagaimana dilansir PikiranRakyat-Sumedang.com dari laman News Medical pada Rabu, 20 Januari 2021, bahwa penelitian terbaru tersebut tidak hanya membuat pengguna vape lebih stres, tetapi menyebabkan radang paru-paru dan juga membahayakan protein penting melalui paparan.
Baca Juga: Berlakukan Aturan Baru, Pemerintah Korut akan Hukum Warga yang Nikmati Hiburan Korea Selatan
Hasil penelitian itu diketahui berdasarkan para peneliti di Department of Energy's Pacific Northwest National Laboratory, Amerika Serikat dengan mengembangkan teknik biomolekoluler.
Para peneliti menjelaskan bahwa vaping dapat menyebabkan perubahan struktural halus pada protein yang menandai pertama kalinya para peneliti mengukur kerusakan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa umum dalam alternatif elektronik rokok konvensional bukannya tanpa bahaya sendiri.
Baca Juga: Update Covid-19 di Jawa Barat Hari Ini 20 Januari 2021, Total Kasus Positif Tembus Angka 115.756
Para peneliti disebut melakukan uji coba pada seekor tikus yang menggunakan paparan uap rokok elektrik di tiga sesi dalam satu jam selama tiga hari.
Selama itu pula dihasilkan bahwa tikus tersebut menunjukan adanya tanda-tanda stres oksidatif, sehingga ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dan kemampuan tubuh untuk mengurangi efek berbahaya pada tikus tersebut.
Radikal bebas merupakan molekul dengan elektron yang tidak berpasangan, produk sampingan yang tidak terelakkan dari banyak proses biokimia tubuh, apabila dalam jumlah besar yang tidak proporsional, hal tersebut menjadi penyebab penyakit dan disfungsi.
Baca Juga: Link Streaming dan Spoiler Ikatan Cinta Hari ini Rabu, 20 Januari 2021, Andin Bukan Pembunuh Roy?
Bahkan, penggunaan rokok elektrik secara sering disebut-sebut dapat mendorong paru-paru ke dalam keadaan stres kronis.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa vaping memang dapat membuat stres, namun mekanisme dan detailnya masih belum jelas.
Pada akhirnya, Charles Ansong yang merupakan ahli biokimia menuturoan bahwa teknik baru dalam penelitian kali ini pun digunakan, sehingga dapat mengidentifikasi modifikasi yang dibuat pada protein yang dapat menunjukkan bahwa rokok elektrik bisa menyebabkan disfungsi.
Baca Juga: Harap Berhati-hati! 5 Kalimat Ini 'Haram' Dikatakan pada Seseorang yang Terkena Serangan Panik
"Teknik ini mengidentifikasi protein mana yang sedang dimodifikasi, dan ini menunjukkan seberapa besar kemungkinan mereka mempengaruhi fungsi protein dan jalur molekuler. Ini memberi kami banyak wawasan tentang mekanisme di balik efek merugikan dari rokok elektrik," ujar Charles Ansong.***