Mengungkap Mitos Serangan Jantung Saat Berolahraga: Penjelasan dari Dokter Spesialis Jantung

- 14 Mei 2024, 21:45 WIB
Ilustrasi - Serangan jantung.
Ilustrasi - Serangan jantung. /FOTO: ANTARA/Pexels.

 SUMEDANG BAGUS - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Teuku Istia Muda Perdan Sp J.P FIHA, menjelaskan beberapa mitos seputar serangan jantung saat berolahraga yang sering kali menyesatkan. Dalam diskusi kesehatan yang diikuti via daring dari Jakarta, Selasa, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengklarifikasi beberapa kesalahpahaman yang umum terjadi di masyarakat.

Salah satu mitos yang dibahas adalah menepuk punggung atau menusuk jari menggunakan jarum untuk menolong orang yang mengalami serangan jantung. "Mitos ditepuk punggungnya, jari ditusuk agar keluar darah itu tidak tepat, karena bisa memperlama waktu untuk dibawa ke rumah sakit," kata dokter yang biasa disapa Dani itu. Cara tersebut tidak efektif dan malah bisa membahayakan korban dengan memperlambat penanganan medis yang seharusnya segera dilakukan di rumah sakit.

Selain itu, Dani juga mengoreksi mitos bahwa tangan dan kaki yang sering berkeringat merupakan tanda penyakit jantung. Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro ini menjelaskan bahwa penyakit jantung tidak berhubungan dengan produksi keringat pada tangan dan kaki. "Penyakit jantung tidak terkait dengan produksi keringat di tangan dan kaki," tegasnya.

Mitos lain yang banyak dipercaya adalah bahwa mandi air dingin setelah berolahraga dapat menyebabkan serangan jantung. Dani menegaskan bahwa hal ini tidak benar. Namun, ia menambahkan bahwa orang dengan penyakit jantung disarankan untuk tidak langsung mandi air dingin setelah berolahraga untuk menghindari perubahan suhu tubuh yang drastis. "Kalau yang diketahui ada penyakit jantung, penyumbatan atau penyempitan, tidak disarankan perubahan suhu mendadak, karena bisa memicu serangan," jelasnya.

Dani juga menekankan pentingnya melakukan pemanasan dan pendinginan saat berolahraga untuk mengurangi risiko serangan jantung. "Berolahraga tanpa pemanasan dan pendinginan serta dengan intensitas tinggi bisa menimbulkan risiko serangan jantung," ujarnya. Terlalu semangat berolahraga dengan intensitas tinggi tanpa istirahat cukup, serta tidak memperhatikan denyut nadi dan tidak melakukan pemanasan atau pendinginan, dapat meningkatkan risiko serangan jantung, terutama dalam olahraga permainan seperti futsal atau badminton.

Meskipun demikian, Dani menegaskan bahwa penderita penyakit jantung tetap disarankan untuk berolahraga guna melatih otot jantung dan melancarkan sirkulasi darah. "Olahraga yang aman bagi penderita penyakit jantung adalah yang berdampak rendah seperti bersepeda, joging, berenang, atau senam aerobik," katanya. Dia juga menyarankan kombinasi latihan yang lengkap, termasuk kardio, angkat beban, dan olahraga pernapasan seperti yoga, untuk hasil yang optimal.

Dengan menghindari mitos dan memahami cara berolahraga yang aman, penderita penyakit jantung dapat tetap aktif dan sehat tanpa meningkatkan risiko serangan jantung.***

Editor: Helmi Surya

Sumber: antaranews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah