SUMEDANG BAGUS - Musim kemarau 2023 telah dimulai di beberapa wilayah di Indonesia. Salah satu hal yang perlu diwaspadai selama musim ini adalah cuaca dingin yang dapat membahayakan tubuh manusia.
Cuaca dingin ekstrem yang terjadi selama musim kemarau dapat menyebabkan Frostbite, yaitu kondisi medis yang terjadi akibat paparan suhu rendah yang sangat ekstrem. Frostbite terjadi ketika jaringan kulit mengalami kerusakan akibat suhu udara yang sangat dingin.
Biasanya, daerah tubuh yang paling terpapar adalah tangan, kaki, hidung, dan telinga. Menurut Mayo Clinic, suhu yang paling sering terkait dengan frostbite adalah di bawah titik beku air, yaitu di bawah 0 derajat Celsius (32 derajat Fahrenheit).
Pada suhu tersebut, pembuluh darah di kulit menyempit untuk mengurangi kehilangan panas dan mempertahankan suhu tubuh inti. Namun, jika paparan terus berlanjut, aliran darah ke daerah yang terkena berkurang, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang serius.
Baca Juga: Terjadi lagi Pembakaran Al-Quran Di Swedia Pada Perayaan Idul Adha
Gejala awal frostbite termasuk mati rasa, kesemutan, kemerahan, dan kulit yang pucat atau keabu-abuan di area yang terkena, seperti yang dikutip dari Cleveland Clinic. Ketika kondisi semakin memburuk, kulit dapat membengkak, mengeras, dan berubah menjadi kehitaman atau kebiruan. Pada tahap yang lebih parah, dapat terjadi kerusakan jaringan yang serius, seperti nekrosis (kematian jaringan) dan pembentukan lepuh atau kerak.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya frostbite termasuk paparan suhu rendah dan angin kencang, beraktivitas di lingkungan yang dingin tanpa perlindungan yang memadai.
Faktor lain yang dapat berkontribusi adalah kelembaban tinggi, konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang yang dapat mengganggu persepsi suhu tubuh, serta kondisi medis tertentu seperti diabetes atau gangguan peredaran darah yang buruk.
Baca Juga: Panas Menyengat Di Arab Saudi Sebabkan Korban Jiwa Jemaah Haji
Menurut Nationwide Children's Hospital, pengobatan untuk frostbite melibatkan penghangatan kembali daerah yang terkena dengan hati-hati. Namun, proses ini harus dilakukan oleh tenaga medis profesional.
Suhu tubuh harus dinaikkan secara bertahap menggunakan metode seperti perendaman dalam air hangat atau aplikasi kompres hangat. Perawatan medis lainnya mungkin mencakup penggunaan obat pereda nyeri, perawatan luka, dan pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi.***