Review Drama Korea Sweet Home: Kisah Manusia yang Berubah Jadi Monster karena 'Keinginan'

- 25 Desember 2020, 14:05 WIB
Cover drama Korea Sweet Home.
Cover drama Korea Sweet Home. /Instagram.com/@sweethomenetflix_

PR SUMEDANG - Netflix menyuguhkan serial drama terbarunya yang berjudul Sweet Home, diadaptasi dari webtoon dengan judul yang sama dan disutradarai oleh Lee Eung-bok (sutradara sukses yang melahirkan Mr.Sunshine dan Goblin). Terlepas dari nama besar sutradara yang selalu dikaitkan dengan drama romantis, serial ini jauh dari kata romansa manis.

Sweet Home mungkin adalah jawaban dari segala pertanyaan K-drama untuk genre fantasi horor. Dengan para pemain berkelas, efek CGI yang ambisius, dan rangkaian penuh aksi, Sweet Home mengukuhkan dirinya sebagai drama yang menyegarkan ketika drama romansa Korea menguasai pangsa pasar drama romantis saat ini.

Cerita Sweet Home berawal dari Cha Hyun-soo (Song Kang) yang pindah ke kompleks apartemen kumuh setelah kematian keluarganya. Hyun-soo yang menarik diri dari kehidupan sosial tidak menginginkan apa pun selain bunuh diri.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Animasi Bertemakan Natal, Ada Thomas and Friends 'The Christmas Engines'

Namun insiden aneh mulai terjadi di dalam gedung yang ia tempati, ketika tetangganya mulai berubah menjadi monster. Hyun-soo bersama temannya, termasuk mahasiswa kedokteran Eun-hyuk (Lee Do-hyun) dan saudara perempuannya Eun-yu (Go Min-si), musisi Ji-su (Park Gyu-young) berkumpul bersama untuk berjuang bertahan hidup.

Seluruh plot menghadirkan banyak oxymoron, di satu sisi kita disuguhkan dengan sosok monster mengerikan yang tampak nyata terlihat seru untuk terus ditonton, di sisi lain monster itu tak mungkin berumur panjang mengingat banyaknya korban yang berjatuhan akibat ulahnya.

Para penghuni apartemen berubah menjadi monster. Kompleks apartemen itu lantas menjadi anomali dari judul serialnya yang jauh dari kesan 'sweet' atau manis.

Baca Juga: DALLA DALLA hingga Not Shy, ITZY Umumkan akan RIlis Versi Bahasa Inggris dari Lagu-lagu Hit

Kompleks apartemen yang sempit, kotor, dan tua, mengingatkan pada apartemen dari drama Korea lain, Strangers From Hell, atau bahkan kehidupan nyata di Kowloon Walled City, Hong Kong.

Meskipun ada beberapa adegan yang menghangatkan hati, itu tidak pernah bertahan lama, serial ini semakin gelap, suram, dan terkesan pesimis seiring waktu.

Di sepanjang Sweet Home, para karakter terus-menerus dibayangi keganasan monster. Beberapa meratapi kehilangan mimpi, menderita kondisi medis tertentu, serta karakter lain yang selalu bergantung pada alkohol.

Baca Juga: BLT Subsidi Gaji Termin II Belum Cair? Begini Cara Kirim Aduan ke Kemnaker Melalui SMS dan Website

Serial ini juga bergulat dengan beberapa pertanyaan moral yang sulit. Dalam satu adegan, warga mengadakan pemungutan suara untuk membunuh salah satu karakter yang hendak berubah menjadi monster.

Akan tetapi, seperti yang diingatkan seorang penduduk lain, membunuh seseorang yang masih berwujud manusia adalah tindakan pembunuhan, lain ceritanya apabila sudah berubah menjadi monster seutuhnya.

Visual yang dihadirkan Sweet Home sangat menjanjikan, hampir setara dengan kualitas Hollywood. Monster yang ditampilkan adalah poin terkuat pada serial ini.

Baca Juga: FIFA Resmi Batalkan Piala Dunia U-20 2021 di Indonesia, Ini Respon Ketua Umum PSSI

Mengingat tim FX Sweet Home sebelumnya sempat mengerjakan film-film blockbuster dan superhero Hollywood, kehebatan mereka lantas terlihat dalam desain unik dan mengejutkan dari setiap monster.

Di luar efek visual, perhatian terhadap detail untuk desain set juga mengesankan, dengan setiap tampilan apartemen di kompleks tampak terlihat berbeda satu sama lain.

Sementara para pemeran utama menyelami keragaman karakter dan cerita mereka, beberapa pemain lain justru kurang mendalami perannya, terkesan berperan tidak pada tempatnya dalam serial ini.

Baca Juga: Masih Proses Negosiasi, Menko Airlangga Hartarto Sebut Vaksin Selain Sinovac akan Masuk RI di 2021

Sebagian muncul hanya untuk memajukan elemen plot sebelum kemudian dilupakan begitu saja. Karakter lain dibunuh demi hal itu, semata-mata untuk menambah drama atau jumlah mayat yang berjatuhan.

Plotnya juga tidak lengkap. Sweet Home tidak menerangkan secara jelas mengapa karakter tertentu berubah menjadi monster, hal itu jelas membuat penonton menggaruk-garuk kepala.

Dikutip PikiranRakyat-Sumedang.com dari Cinema Escapist, serial ini menyinggung keinginan material manusia sebagai landasan utama ceritanya, konsep ini meskipun menarik secara intelektual dan artistik, tidak pernah sepenuhnya dieksplorasi dengan baik, hal itu justru menjadi kacau dalam plot yang dieksekusi dengan buruk.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Episode 25 Desember 2020: Mulai Nyaman, Aldebaran Jadi Baper dengan Andin

Itu juga tidak membantu serial tersebut untuk memberikan konteks pada latar belakang cerita. Sweet Home tidak pernah menjelaskan mekanisme penyakit awal yang mengubah manusia menjadi monster, dan tidak jelas bagaimana penyakit memengaruhi karakter yang berbeda tiap monsternya.

Sweet Home dipastikan gagal jika dibandingkan dengan sukses besar karya sutradara Lee sebelumnya yakni Mr. Sunshine dan Goblin, berakar pada alur cerita yang menantang waktu dan takdir, tema-tema agung seperti itu tidak sebanding dengan konsep manusia vs monster di Sweet Home.

Terlepas dari kekurangan ini, Sweet Home patut dipuji karena mencoba menghidupkan webtoon populer dengan dibawa fun, penuh sensasi, dan visual yang berkelas wahid.

Untuk penggemar berat K-Drama, ini tidak hanya akan menjadi tontonan yang menghibur, tetapi juga tontonan selingan yang sangat dibutuhkan dari kiasan romansa khas yang mungkin sudah kenyang anda konsumsi belakangan ini.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: cinema escapist


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x