Geber si Jumo dan Jamilah, Upaya Pemdaprov Jabar Tangani Stunting dan Berbagai Penyakit

- 22 Mei 2024, 20:20 WIB
Sekda Jabar Herman Suryatman saat peluncuran Geber Si Jumo dan Jamillah
Sekda Jabar Herman Suryatman saat peluncuran Geber Si Jumo dan Jamillah /Humas Jabar

SUMEDANG BAGUS -- Upaya Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat (Pemdaprov Jabar) dalam menangani stunting hingga menanggulangi berbagai penyakit terus digencarkan. Salah satu upaya tersebut, baru-baru ini, Pemdaprov Jabar meluncurkan Gerakan Bersama Literasi Stunting, Imunisasi, Pencegahan DBD, Penanggulangan TBC (Geber Si Jumo) dan Jaga Ibu Hamil Lingkungan Bersih dan Sehat (Jamillah) dengan perilaku PHBS.

Peluncuran Gerakan bersama tersebut dilakukan Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Herman Suryatman di SMK Negeri 1 Majalengka, Kabupaten Majalengka, pada Rabu 22 Mei 2024. "Si Jumo itu ikon pahlawan bagi anak sekolah membantu menjadi agen perubahan dalam rangka merdeka belajar untuk membacakan cerita (sosialisasi) mengenai pencegahan stunting, penanganan DBD (demam berdarah dengue), dan TBC ke minimal 10 orang tetangganya," katanya.

Baca Juga: Bey Machmudin Sebut Ombudsman sebagai Mitra Terbaik Pemdaprov Jabar dalam Tingkatkan Pelayanan Publik

Untuk Geber Jamillah, Herman menjelaskan itu terkait agen perubahan bagi masyarakat yang ikut serta dalam pencegahan tengkes (stunting), penanganan DBD. dan TBC. "Mudah-mudahan kader di lapangan bisa menunaikan tugas dengan baik," harap Herman.

Selain itu, Herman menjelaskan, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia, saat ini prevalensi stunting di Jabar berada di angka 21,7 persen. Untuk DBD, selama tahun 2024, ada sekitar 28.000 orang yang terkena DBD dan 210 orang meninggal dunia. "Begitu juga TBC, yang terjangkit di Jabar di angka lebih dari 211.000. Angkanya cukup tinggi, ini PR kita semua," kata Herman.

Ia menuturkan, solusi terbaik menangani itu semua, yakni dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pencegahan stunting, penanganan DBD, dan TBC. Untuk itu peluncuran Geber Si Jumo dan Jamillah dengan perilaku PHBS merupakan solusi terbaik dalam upaya pencegahan dan penanganan.

"Gerakan bersama ini diarahkan untuk menyosialiasaikan agar masyarakat paham dan mengetahui bahwa itu (stunting, DBD, dan TBC) sangat berbahaya. Jika sudah memiliki pemahaman, maka masyarakat bisa melakukan penanganan bahkan lebih jauh dapat melakukan pencegahan secara mandiri," ujarnya.

Untuk pencegahan stunting, Herman memaparkan strategi Zero New Stunting dengan dua cara pencegahan pada ibu hamil sebelum kelahiran maupun setelah kelahiran. "Sebelum kelahiran, ibu hamil harus mendapatkan asupan tablet tambah darah, memeriksakan diri ke tenaga kesehatan minimal enam kali, dan mendapatkan protein hewani," ucapnya.

Setelah kelahiran pada balita usia 0 - 6 bulan, Herman menjelaskan, perlu mendapat Air Susu Ibu (ASI) ekslusif. Kemudian usia 7- 24 bulan mendapatkan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dengan mengonsumsi makanan yang berprotein hewani seperti telur, daging, ikan, dan susu.

Halaman:

Editor: B. Hartati

Sumber: Humas Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah