Kian Mencekam, 18 Pendemo di Myanmar Tewas Setelah Ditembak Polisi

- 1 Maret 2021, 09:00 WIB
Ilustrasi, Gawat! Militer Myanmar Semakin Brutal, 8 Orang Pengunjuk Rasa Tewas Ditembak Menggunakan Peluru Tajam
Ilustrasi, Gawat! Militer Myanmar Semakin Brutal, 8 Orang Pengunjuk Rasa Tewas Ditembak Menggunakan Peluru Tajam /Pixabay/

PR SUMEDANG - Polisi Myanmar menembaki pengunjuk rasa di Myanmar pada hari Minggu, 28 Februari 2021. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menghimbau agar masyarakat internasional berhenti untuk melakukan penindasan tersebut.

Massa pengunjuk rasa mendapat kecaman di berbagai kota terbesar di Yangon dengan menggunakan granat setrum, gas air mata, dan tembakan di udara setelah gagal membubarkan protes mereka.

Dilansir PikiranRakyat-Sumedang.com dari laman Reuters pada Senin, 1 Maret 2021, Dalam insiden ini tercatat ada 18 orang yang tewas dalam kekerasan terburuk sejak kudeta militer pada awal Februari lalu.

 Baca Juga: Dedi Mulyadi Ditampar Orang Stres di Karawang, Pelaku Kini Dibawa ke Pesantren untuk Jalani Pengobatan

Dalam peristiwa tersebut, pengunjuk rasa yang mengenakan helm plastik dan dengan perisai darurat berhadapan dengan polisi serta tentara yang membawa perlengkapan perang.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan sebagian besar pimpinan partainya pada 1 Februari, menuduh adanya kecurangan dalam pemilihan November yang dimenangkan partainya secara telak.

Kudeta, yang menghentikan langkah tentatif menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan militer, telah menarik ratusan ribu orang ke jalan dan kecaman dari negara-negara Barat.

Baca Juga: Jadwal Acara TV RCTI Hari Ini Senin 1 Maret 2021, Ada Kelanjutan Ikatan Cinta dan Indonesian Idol

Lima orang tewas di Yangon diantaranya yaitu insinyur jaringan internet Nyi Nyi Aung Htet Naing. Sehari sebelumnya dia bertanya di Facebook berapa banyak mayat yang dibutuhkan PBB untuk mengambil tindakan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta anggotanya untuk berbuat lebih banyak dalam mengatasi kekacauan tersebut.

"Sekretaris Jenderal mendesak masyarakat internasional untuk berkumpul dan mengirimkan sinyal yang jelas kepada militer bahwa mereka harus menghormati keinginan rakyat Myanmar seperti yang diungkapkan melalui pemilihan dan menghentikan penindasan," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.

Baca Juga: Kode Reedem Free Fire (FF) Hari Senin 1 Maret 2021, Segera Gunakan untuk Ambil Hadiahmu

Di luar sekolah kedokteran Yangon, para dokter dan siswa dengan jas lab putih berserakan setelah polisi melemparkan granat kejut. Sebuah kelompok yang disebut Aliansi medis Whitecoat mengatakan lebih dari 50 staf medis telah ditangkap.

Selain di Yangon, tiga orang tewas ada di Dawei di selatan, dan dua orang tewas di kota kedua Mandalay. Selain itu, menurut penuturan penduduk Sai Tun ada juga seorang wanita yang ditembak di bagian kepala.

Penolakan kudeta telah muncul tidak hanya di jalan-jalan tetapi lebih luas lagi di layanan sipil, pemerintahan kota, peradilan, sektor pendidikan, kesehatan, dan media.

Baca Juga: Hanya Kunjungi Key saat Wamil, Minho SHINee Kecewa dengan Taeyeon Girls' Generation

Aktivis di seluruh Asia mengadakan protes untuk mendukung, dengan seruan "Milk Tea Alliance" yang pertama kali menyatukan aktivis pro-demokrasi di Thailand dan Hong Kong.

Televisi MRTV yang dikelola pemerintah mengatakan lebih dari 470 orang ditangkap pada hari Sabtu. Namun belum diketahui berapa banyak yang ditahan pada hari Minggu kemarin.

Sementara itu, beberapa negara Barat telah memberlakukan sanksi terbatas, para jenderal secara tradisional mengabaikan tekanan diplomatik. Mereka sudah berjanji akan menggelar pemilu baru tapi belum menetapkan tanggal.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah