Ketidakpastian Pasar Keuangan Global, Bank Indonesia Optimis Pertumbuhan Ekonomi Jabar Tetap Tinggi

- 19 Juni 2024, 20:20 WIB
Kepala Bank Indonesia Jawa Barat Muhamad Nur
Kepala Bank Indonesia Jawa Barat Muhamad Nur /istimewa

SUMEDANG BAGUS -- Saat ini ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi meski mulai mereda. Redanya ketidakpastian pasar keuangan global sejalan dengan prospek ekonomi AS yang tumbuh kuat dengan ditopang oleh permintaan domestik, kebijakan fiskal akomodatif, dan kenaikan ekspor.

"Di sisi lain, inflasi AS masih tetap tinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi AS yang kuat, meskipun mulai tercatat melambat. Perkembangan ini menyebabkan meningkatnya kemungkinan penurunan Fed Fund Rate (FFR) pada akhir tahun 2024. Ke depan, risiko terkait arah penurunan FFR dan dinamika ketegangan geopolitik global tetap perlu dicermati," ujar Kepala Bank Indonesia Jabar, Muhamad Nur.

Baca Juga: Komitmen Membangun Ekonomi Hijau di Wilayah Bodebek Ditegaskan Pemdaprov Jabar

Menurut Muhamad Nur, di tengah ketidakpastian global tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berdaya tahan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2024 tercatat sebesar 5,11% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,04% (yoy) yang utamanya didukung oleh permintaan domestik.

Selain itu, konsumsi swasta dan pemerintah juga membaik didorong dampak positif penyelenggaraan Pemilu 2024 dan HBKN Ramadhan Idul Fitri. Hingga akhir tahun 2024, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan dalam kisaran 4,7-5,5% (yoy).

Muhamad Nur mengungkapkan, secara spasial, perekonomian Jawa Barat pada triwulan I 2024 tercatat tumbuh sebesar 4,93% (yoy), yang sekaligus menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa yang tercatat sebesar 4,84% (yoy). Namun, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulan I 2024 tersebut termoderasi dari triwulan IV 2023 sebesar 5,15% (yoy).

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat bersumber dari konsumsi rumah tangga (RT), investasi dan pengeluaran pemerintah. Konsumsi RT tumbuh sebesar 4,97% (yoy) sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian di Jawa Barat yang ditandai dengan pertumbuhan konsumsi makanan minuman, transportasi, dan komunikasi.

Hal tersebut juga didukung oleh keyakinan konsumen Jawa Barat yang terus menunjukkan tren peningkatan. Fenomena tersebut tercermin dari IKK (Indeks Keyakinan Konsumen) yang berada pada level optimis sebesar 109,70.

Sementara itu, investasi atau PMTB tercatat tumbuh sebesar 9,72% (yoy) seiring dengan kenaikan realisasi investasi total baik PMA maupun PMDN sebesar Rp64,7 triliun atau meningkat sebesar 12,7% (yoy). Dari sisi pengeluaran pemerintah tercatat tumbuh tinggi sebesar 32,85% (yoy) seiring dengan meningkatnya alokasi bantuan sosial dan realisasi belanja pegawai termasuk THR bagi ASN.

"Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat ditopang oleh sektor Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran serta Konstruksi yang tercatat masing-masing tumbuh sebesar 3,87% (yoy), 4,86% (yoy) dan 10,26% (yoy). Pertumbuhan sektor industri sejalan dengan ekspor Jawa Barat yang tumbuh membaik pada triwulan I dengan komoditas utama Mesin dan Peralatan Elektronik," tutur Muhamad Nur.

Ia juga menuturkan, pertumbuhan sektor Perdagangan Besar dan Eceran didorong oleh mobilitas masyarakat yang tetap tinggi sejalan dengan HBKN Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Pada sektor konstruksi, pertumbuhan pada triwulan tersebut didorong oleh dimulainya proyek pembangunan berbagai infrastruktur kunci Jawa Barat, termasuk diantaranya Tol Getaci.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tersebut, juga didukung dengan stabilitas inflasi yang semakin terjaga. Bank Indonesia mencatat, pada periode Mei 2024, inflasi Jawa Barat semakin terjaga, tercermin dari deflasi sebesar -0,12% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 0,15% (mtm). Capaian deflasi tersebut mendukung terjaganya inflasi tahunan Jawa Barat menjadi sebesar 2,78% (yoy) atau secara kumulatif sebesar 1,15% (ytd).

"Deflasi Jawa Barat tersebut, merupakan andil dari terjaganya beberapa harga pangan pokok periode Mei 2024 seperti diantaranya Beras, Daging Ayam Ras hingga Cabai Rawit yang masing-masing mencatatkan deflasi sebesar -0,22% (mtm), -0,04% (mtm) dan -0,03% (mtm)," katanya.

Berdasarkan pemantauan SPH pada periode Juni 2024, Jawa Barat diperkirakan akan mengalami deflasi yang disumbang oleh komoditas core inflation khususnya emas perhiasan dan volatile food utamanya bawang merah dan daging ayam ras. Pada tahun 2024, perekonomian Jawa Barat diprakirakan akan tetap tumbuh tinggi dan berada pada kisaran 4,6%-5,4% (yoy).

Optimisme tersebut didasarkan pada permintaan domestik yang tetap kuat seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat dan tingginya dampak tahun politik terhadap perekonomian secara agregat. Namun demikian, risiko spill over ketidakpastian global tetap perlu diwaspadai dalam menjaga optimisme investor dan masyarakat terhadap perekonomian Jawa Barat ke depan.

"inflasi Jawa Barat tahun 2024 diprakirakan lebih tinggi dari tahun 2023 namun masih tetap berada dalam sasaran batas atas target inflasi 2,5±1%. Inflasi pada tahun 2024 diperkirakan masih ditopang oleh kenaikan harga pangan yang lebih terkendali seiring cuaca yang lebih kondusif," ungkap Muhamad Nur.***

Editor: B. Hartati


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah