Siswa Alami Tekanan Akibat PJJ, KPAI Angkat Bicara

- 23 Juli 2020, 14:04 WIB
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)/Ant
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)/Ant /

PR SUMEDANG - Covid-19 atau virus corona telah membuat manusia melakukan dalam hal aktivitasnya baik bekerkja maupun belajar secara onilne.

Banyak siswa mengalami tekanan secara psikologi hingga putus sekolah karena berbagai masalah yang muncul selama mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring yang dilakukan selama pandemi Covid-19.

Hal tersebut sebagaimana disampaikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Disebutkan, banyak anak yang tidak bisa mengakses PJJ secara online, sehingga mereka tidak naik kelas, dan akhirnya putus sekolah.

"Banyak anak tidak bisa mengakses PJJ secara daring, sehingga banyak dari mereka yang tidak naik kelas sampai putus sekolah," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti seperti dikutip oleh pikiranrakyat-sumedang.com dari Pikiran-Rakyat.com pada artikel yang berjudul Banyak Siswa Tertekan hingga Putus Sekolah sebab Pembelajaran Jarak Jauh, KPAI: Anak Tak Bisa Online.

Ia mengatakan KPAI telah menerima sejumlah pengaduan yang menunjukkan bahwa guru dan sekolah tetap mengejar ketercapaian kurikulum meski di tengah kesulitan yang dialami masyarakat akibat dampak pandemi.

Padahal, Surat Edaran (SE) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor 4 Tahun 2020 menyebutkan bahwa selama PJJ guru tidak boleh mengejar ketercapaian kurikulum karena keterbatasan waktu, sarana, media pembelajaran dan lingkungan yang dapat menjadi kendala selama proses pembelajaran.

Namun, faktanya banyak guru tetap mengejar ketuntasan kurikulum dengan cara memberikan tugas terus menerus pada siswa mereka selama PJJ.

Retno menduga akibat keegoisan sekolah untuk menuntaskan pencapaian kurikulum, banyak siswa merasa terbebani hingga mengalami tekanan secara psikologi, tidak naik kelas, bahkan sampai putus sekolah. "Padahal, siswa kelelahan dan tertekan merupakan bentuk kekerasan juga," kata Retno.

Ia memberikan contoh kasus anak yang sampai dirawat di rumah sakit karena beratnya penugasan selama PJJ. Kemudian, ada juga siswa tidak naik kelas karena tidak bisa mengikuti PJJ atau mengikuti ujian secara daring. "Yang paling parah adalah anak-anak berkebutuhan khusus yang nyaris tidak terlayani oleh pendidikan," katanya.

Ia mengatakan seorang siswa SMAN di salah satu sekolah di DKI Jakarta mengalami kelelahan dan stres saat mengerjakan tugas-tugas sekolah, terutama pada tugas mata pelajaran kimia.

Halaman:

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah