Peningkatan Produktivitas Jagung Nasional Ini Usaha BRIN

- 28 April 2024, 21:07 WIB
Tanaman jagung masih menjadi prioritas utama dari program Riset Inovasi (Risnov) Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) karena memang dukungan ketahanan pangan untuk kebutuhan pangan nasional.
Tanaman jagung masih menjadi prioritas utama dari program Riset Inovasi (Risnov) Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) karena memang dukungan ketahanan pangan untuk kebutuhan pangan nasional. /FOTO: BRIN

SUMEDANG BAGUS - Tanaman jagung masih menjadi prioritas utama dari program Riset Inovasi (Risnov) Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) karena memang dukungan ketahanan pangan untuk kebutuhan pangan nasional. Selain pangan juga untuk pakan, tentu saja untuk bahan baku industri. Perannya menjadi sangat strategis untuk membantu menopang dalam pengembangan agribisnis juga. Kalau melihat perubahan iklim pasti berdampak untuk produksi kualitas pangan, termasuk jagung.

Hal itu dikatakan Puji Lestari, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan - ORPP BRIN dalam sambutannya di Acara Teras-TP #3  dengan tema: “Pengelolaan Patogen Utama Tular Tanah dan Produksi Benih Bermutu dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Jagung Nasional” yang dihelat Pusat Riset Tanaman Pangan, ORPP BRIN, pada Rabu (17/4) secara daring.

Dirinya menambahkan, di tahun 2024 iklim jauh lebih panas dibandingkan tahun lalu. Pemanasan global ini dan akan terus berlanjut ke depan. Harapannya meskipun ada perubahan iklim, kita membantu memaksimalkan tanaman jagung untuk dukungan nasional. Terutama untuk bagaimana tantangan-tantangan yang ada, baik untuk menekan produksi dengan kuantitas ataupun kualitasnya.

“Tantangan ini timbul karena beban iklim pun berdampak juga dari faktor abiotik dan biotik, dimana penyakit berdampak pada hasil. Untuk peningkatan produksi jagung ini harapannya kita swasembada secara berkelanjutan. Itu poin yang kita tekankan, namun secara fakta memang masih banyak kendala dan mungkin adopsi pengelolaan tanaman  terpadu secara penuh.  Kita harus cari solusinya,” tegas Puji.

Dikatakan Puji, pathogen terutama tular tanah, menjadi topik bahasan para narasumber yang juga membahas produksi benih yang bermutu,  sebagai salah satu usaha strategis dan inovatif. Narasumber tak hanya dari BRIN, namun bekerja sama dengan narasumber dari swasta, bagaimana dengan dukungan tersebut akan melibatkan langkah-langkah untuk deteksi  hingga pemanfaatan teknologinya.

Senada dengan hal tersebut Yudhistira Nugraha selaku Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN menyampaikan bahwa sharing session TERAS-TP # 3, bertemakan tentang pengelolaan patogen tular tanah dan produksi benih jagung untuk meningkatkan produktivitas jagung nasional, dimana peningkatan produktivitas jagung nasional dilihat dari sisi bagaimana kita mengendalikan patogen utama tular tanah dan juga dihubungkan nanti dengan produksi benih.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian menetapkan tahun 2024 ini produksi jagung nasional diharapkan bisa meningkat dan pemerintah membuat program upaya khusus untuk padi dan jagung sedangkan untuk kedelai masih perlu lagi effort, tapi yang paling urgent adalah padi dan jagung meskipun secara umum produksi jagung nasional tidak terlalu berfluktuatif dibandingkan dengan padi.

“Jagung walaupun masih ada impor itu sangat terbatas dan bahkan masih ada potensi ekspor ketika ada panen raya jagung, hanya saja mungkin beberapa gejolak harga ketika memang produksi itu kurang masih dirasakan,” ungkap Yudhistira.

Bagaimana imbasnya juga terkait dengan peningkatan harga telur dan daging ayam, biasanya ada hubungan erat dengan kurangnya stok jagung sebagai bahan dari pakan ternak.  Biasanya akan berimbas kepada peningkatan harga dari telur ataupun ayam disamping tentunya kemarin peningkatan harga telur dan daging ayam disebabkan karena permintaan selama tahun baru dan hari raya.

Halaman:

Editor: Helmi Surya

Sumber: brin.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x