Save The Children Usulkan Permasalahan Anak Jadi Sub Tema Debat Capres ke-5

- 3 Februari 2024, 18:46 WIB
Ilustrasi anak dalam pemilu
Ilustrasi anak dalam pemilu /istimewa

SUMEDANG BAGUS -- Debat Capres kelima yang akan digelar pada Minggu 4 Februari 2024 akan mengambil topik tentang teknologi, informasi, peningkatan pelayanan publik, hoaks, intoleransi, pendidikan, kesehatan (post covid society, dan ketenagakerjaan. Tema debat Capres yang terakhir tersebut terbilang sangat relevan dengan permasalahan anak. Namun, sayangnya, isu tentang anak seringkali diabaikan dalam konstelasi politik.

Pengabaian isu tentang anak dalam konstelasi politik sangat disayangkan. Hal itu karena jumlah pemilih anak (17 tahun atau dengan kategori tertentu) mencapai sekira 6.000-an dan pemilih pemula dengan kategori muda mencapai 31,23 persen jika usia mereka sampai 30 tahun dari keseluruhan pemilu tahun 2024.

Baca Juga: KPAI Menganjurkan Anak-Anak Tidak Dibawa dalam Kampanye Pemilu 2024

Save The Children Indonesia menyatakan, pelibatan pemilih usia anak seharusnya bukan hanya dalam kampanye massa, tapi cara agar kepentingan anak diperhatikan. Apalagi, menuju dan saat Indonesia Emas 2045, anak-anak akan menjadi aktor utama dalam pembangunan.

Pengabaian isu-isu anak dapat mengakibatkan bonus demografi tidak dimanfaatkan dengan baik, bahkan resiko biaya sosial akan tinggi jika permasalahan anak tidak diperhatikan. Hal itu karena jumlah penduduk anak (< 17 tahun) saat ini sangat besar, yaitu sekira 80 juta jiwa atau 29% dari penduduk Indonesia.

Menurut Save The Children Indonesia, periode pembangunan lima tahun ke depan sangat strategis sebagai tahap awal pembangunan jangka panjang kedua tahun 2025 – 2045. Pembangunan perlindungan dan kesejahteraan anak pada periode pembangunan menengah pertama tahun 2025 – 2029 akan sangat berat. Hal itu karena ada tantangan ganda.

Pertama, beberapa permasalahan yang belum tuntas seperti stunting, kematian anak, kekerasan pada anak, perkawinan anak, pekerja anak, dan juga dampak dari COVID-19 seperti munculnya kembali polio dan campak. Kedua, disrupsi global  seperti krisis iklim dan kemajuan teknologi informasi mulai berdampak pada anak seperti kesehatan anak, kesehatan mental anak, dan kekerasan dalam ranah daring.

Berdasarkan data dari Bank Dunia dan ADB (2021), Indonesia sangat rentan terhadap bencana hidrometeorologis. Pada tahun 2019, 90% dari 3.622 bencana  terkait hidrometeorologis yang berhubungan dengan perubahan iklim seperti topan, banjir, longsor, kebakaran hutan, dan lahan.

Menurut UNICEF, Indonesia berada dalam kategori risiko tinggi (urutan 46)  dampak perubahan iklim. Penelitian Save the Children di Bandung (2023), menunjukkan masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak dan apa yang bisa mereka lakukan dalam menanggapi dampak perubahan iklim pada sektor-sektor kehidupan mereka. Di perdesaan, kapasitas anak muda (di bawah 25 tahun) mengenai hal tersebut justru lebih rendah daripada orang dewasa.

Halaman:

Editor: B. Hartati

Sumber: Rilis


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x