SUMEDANGKLIK – Menjadi salah satu barometer dalam menyikapi berbagai kebijakan pemerintah, kalangan menengah seharusnya berpikiran kritis. Termasuk mengenai wacana penundaan Pemilu 2024 yang saat ini bergulir.
Namun sayangnya, saat ini bisa dibilang Indonesia justru kehilangan kelas menengah ini, dan yang ada hanya golongan menengah.
Demikian diungkapkan Director Centre for Political Analysis Strategic Indonesia, Nana Rukmana saat dimintai tanggapannya mengenai penundaan Pemilu 2024, Kamis, 3 Maret 2022.
Baca Juga: CRAVITY Bahas Album Teranyar ' LIBERTY IN OUR COSMOS' yang Akan Rilis Maret Ini
Lemahnya kelas menengah dalam membantu proses demokrasi di masyarakat, kata Nana, turut berkontribusi bergulirnya penundaan Pemilu 2024 ini.
Menurut Nana, yang dimaksud kalangan menengah ini yaitu para intelektual berpendidikan tinggi. Mereka inilah, lanjut dia, yang sebenarnya bisa mengubah paradigma dari demokrasi itu sendiri.
"Justru yang ada banyak akademisi yang pro terhadap kekuasaan, begitu juga pengusaha yang justru pro terhadap kekuasaan tanpa memikirkan kondisi para pekerjanya. Ditambah dengan perselingkuhan antara aparatur negara dan kekuasaan itu sendiri. Biasa, disebut oligarki-lah," katanya.
Di sisi lain, lanjut Nana adalah muncul secara masifnya relawan bagi para penguasa atau para calon penguasa.