SUMEDANGKLIK - Pengamat politik, Rocky Gerung, membeberkan alasan pemberitaan media internasional terkait keberadaan pandengung (buzzer) di Indonesia yang digunakan oleh pemerintah dalam setiap kebijakannya.
The Guardian sempat mengulas permasalahan ini berdasarkan pernyataan seseorang yang mengaku pernah bekerja sebagai buzzer di Indonesia. Orang tersebut berujar jika dirinya jengah dengan statusnya tersebut.
Pengakuannya, ia harus bekerja dalam kebohongan karena harus membuat sejumlah akun palsu untuk mendukung atau membantah suatu isu yang teng ah berkembang di media sosial (medsos).
Sebagaimana diketahui, peran Buzzer ini memang mengambil andil yang cukup besar di medsos. Mereka biasanya bekera secara kol.ektif maumpun perseorangan.
Baca Juga: Sambut Tahun Baru Imlek 2022, BTS Tulis Pesan Spesial untuk ARMY di Weverse
Dilansir dari Pikiran Rakyat, pada 31 Januari 2022, dengan judul "Keberadaan Buzzer Disorot, Media Internasional Disebut Anggap Indonesia Tidak Ada Harapan", Rocky Gerung menyebutkan, walaupun berita mengenai buzzer dimuat pada 2018 silam, tetapi masih sangat relevan terjadi hingga saat ini.
"Demokrasi kita dibatalkan oleh hal-hal semacam ini, oleh kedangkalan dan amplop. Itu sebetulnya yang menjadi standar The Guardian ini mempromosikan Indonesia bahwa Indonesia penuh kecurangan," katanya, dalam unggahan video YouTube miliknya, Rocky Gerung Official.
Tak hanya itu, Rocky Gerung juga mengatakan bahwa kehadiran buzzer dinilai menjadi penyebab turunnya indeks demokrasi yang ada di Indonesia.
"The Guardian memang getol mengamati hal-hal buruk dari Indonesia, menganggap bahwa Indonesia tidak ada harapan. Bukan karena kita memang tidak ada harapan, tetapi karena cara pemerintah mempromosikan dirinya itu konyol," ungkapnya.