Jalan Tol Bocimi Longsor, Begini Kajian dan Rekomendasi Badan Geologi PVMBG

- 4 April 2024, 15:27 WIB
Jalan Tol Bocimi usai amblas dan longsor.
Jalan Tol Bocimi usai amblas dan longsor. /Manaf Muhammad/Istimewa

SUMEDANG BAGUS -- Gerakan tanah telah terjadi di jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) tepatnya di km 64-600 Tol Parungkuda, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada pukul 20.00 WIB, Rabu 3 April 2024. Secara geografis, gerakan tanah tersebut berada pada koordinat 106,795460° BT dan 6,788299° LS. Gerakan tanah tersebut terjadi setelah turun hujan dengan intensitas tinggi di lokasi tersebut.

Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi, Hendra Gunawan, jenis gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran tebing yang merupakan jenis gerakan tanah tipe cepat. Gerakan tanah tersebut mengakibatkan 2 orang luka-luka, dan pengalihan arus lalu lintas jalan tol.

Baca Juga: Siaga Bencana Lebaran: Pemetaan Jalur Rawan Longsor dan Penanganan Prakondisi BPBD Sumedang

"Berdasarkan analisis dari data sekunder yg tersedia di badan geologi, secara umum lokasi bencana merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng landai sampai agak curam. Ketinggian lokasi gerakan tanah berada di 465 meter di atas permukaan laut. Terdapat sungai Ci Leuleuy di sebelah tenggara dari lokasi bencana," kata Hendra dalam siaran pers tertulisnya pada Kamis 4 April 2024.

Hendra menambahkan, berdasarkan Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa (A.C. Effendi, dkk, 2011), daerah bencana diperkirakan merupakan batas satuan batuan endapan Batuan Gunungapi Gunung Pangrango (Qvpy) yang merupakan endapan lebih muda, lahar, bersusunan andesit. Berdasarkan Peta Prakiraan Terjadi Gerakan Tanah bulan April 2024 di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), Kecamatan Ciambar termasuk dalam zona potensi gerakan tanah Menengah - Tinggi. Artinya daerah tersebut mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona tersebut dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Tanah longsor tersebut diperkirakan terjadi karena kemiringan lereng yang agak curam, serta tanah pelapukan cukup tebal yang merupakan lapukan dari endapan batuan gunungapi. Selain itu, longsor dipicu curah hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi dan lama sebelum terjadinya bencana.

"Mengingat curah hujan yang masih tinggi maka sebagai langkah antisipasi potensi longsoran susulan direkomendasikan agar warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi dan pengguna jalan tetap waspada apabila terjadi hujan yang berlangsung lama karena dikhawatirkan terjadi longsor susulan," kata Hendra.

Selain itu, warga, aparat maupun tim yang bertugas untuk penanganan material longsoran maupun perbaikan jalan, diimbau agar senantiasa waspada dan antisipasi terhadap potensi longsoran susulan mengingat daerah tersebut masih rawan longsor terutama jika turuh hujan. Saluran air permukaan pun diimbau agar segera dibenahi sehingga lebih kedap air dan mampu menampung air jika debit air meningkat saat hujan.

Badan Geologi juga merekomendasikan pemasangan rambu rawan bencana longsor di sekitar lokasi bencana untuk meningkatkan kewaspadaan; tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, seperti pemotongan lereng, tidak mencetak kolam baru di area longsoran untuk mengurangi penjenuhan lereng dan tidak melakukan penebangan pohon-pohon besar dengan sembarangan; jika muncul retakan di sekitar lereng tersebut agar segera ditutup dengan tanah dan dipadatkan untuk mengurangi peresapan air ke dalam tanah serta mengarahkan aliran air menjauh dari retakan; meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah. Tak hanya itu, masyarakat diimbau agar selalu mengikuti arahan dari aparat pemerintah setempat dan BPBD.

Halaman:

Editor: B. Hartati

Sumber: Badan Geologi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x