PBB: Tahun 2021 Akan Muncul Bencana Dahsyat Akibat Suhu Bumi yang Panas

16 Januari 2021, 09:44 WIB
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres saat konferensi pers di markas PBB New York, Amerika Serikat (20/11/2020) /ANTARAREUTERS/Eduardo Munoz/aa. (REUTERS/EDUARDO MUNOZ)
PR SUMEDANG - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberi peringatan bahwa dunia sedang memunculkan adanya katastrofe (bencana dahsyat) baru.
 
Katastrofe diprediksi akan muncul di tahun 2021 ini karena adanya peningkatan suhu bumi yang sangat dahsyat.
 
Sebagaimana dilansir PikiranRakyat-Sumedang.com dari Aljazeera pada Sabtu, 16 Januari 2021, bahwa suhu di bumi ini akan menjadi sangat panas pada abad ini, dan diketahui tidak pernah terjadi sebelumnya.
 
Baca Juga: Jadwal Acara TV Trans 7 Hari Ini Sabtu, 16 Januari 2021, Jangan Lewatkan Program K-Movievaganza
 
Berdasarkan data yang ada, PBB melalui lembaga World Meteorlogical Organization (WMO) menyebutkan bahwa suhu bumi pada tahun 2020 lalu mengalahkan angka suhu di tahun 2016 sebagai tahun terpanas yang pernah ada.
 
Panas tersebut akan muncul dikarenakan adanya konsentrasi karbon dioksida yang sudah ada di atmosfer dan membuat planet bumi berada pada jalur pemanasan.
 
Selain itu, adanya dampak dari berkurangnya emisi dari bahan bakar fossil selama masa pandemi Covid-19.
 
Baca Juga: Gempa 5,0 SR Kembali Guncang Majene Sulbar, BMKG: Pukul 06.38 Hari Ini, Tidak Berpotensi Tsunami
 
"Konsentrasi karbon dioksida yang berada di atmosfer sudah masuk ke dalam tahap berbahaya," ujar WMO.
 
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres menjelaskan bahwa laju perubahan iklim yang tak henti-hentinya akan menghancurkan kehidupan.
 
Antonio juga mengatakan bahwa dari tahun 2011 hingga 2020 adalah waktu terhangat sepanjang sejarah.
 
Baca Juga: Dua Gram Emas Rp1.934.000, Update Harga Emas di Pegadaian 16 Januari 2021
 
"Kita sedang menuju bencana kenaikan suhu 3-5 derajat celsius di abad ini. Berdamai dengan alam adalah tugas penting di abad ke-21. Itu harus jadi prioritas utama," tutur Guterres.
 
Laporan WMO mencakup data dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) dan Kantor Meteorologi Inggris, keduanya melaporkan bahwa tahun 2020 sebagai tahun terpanas kedua dalam catatan, karena tren pendinginan yang disebut La Nina gagal menjinakkan suhu global.
 
Sementara, WMO menuturkan bahwa fase dingin La Nina dari siklus suhu permukaan Samudra Pasifik hanya menahan panas bumi di akhir tahun 2020 saja. 
 
Baca Juga: Fathan, Mahasiswa Telkom yang Jadi Korban Penculikan dengan Modus Tebusan Rp400 Juta Tewas Dibunuh
 
Kemudian, suhu global rata-rata pada tahun 2020 lalu mencapai sekitar 14,9 derajat Celcius (58,8 derajat Fahrenheit).
 
Sebelumnya diketahui bahwa PBB menyatakan di tahun 2016 silam adalah tahun terpanas di muka bumi.
 
Rekor suhu terpanas di tahun 2019 mencapai angka hingga 53,9 persen di Basra, Irak.**

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler