Ibu dan Bayinya Meninggal Saat Persalinan di Sumedang

- 4 Oktober 2023, 10:24 WIB
Karangan bunga dari Plt Direktur RSUD Sumedang
Karangan bunga dari Plt Direktur RSUD Sumedang /Saeful Ridwan /FOTO: sumedangraya/Saeful Ridwan

SUMEDANG BAGUS - Seorang guru PNS di Kabupaten Sumedang, Mamay Maida (30), yang sedang mengandung, meninggal dunia bersama bayi yang dikandungnya saat proses persalinan di RSUD Sumedang. Guru tersebut adalah warga Dusun Cipeureu, Desa Buanamekar, Kecamatan Cibugeul, Kabupaten Sumedang, dan mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Sarang Tengah. Bayi yang masih berada dalam kandungan adalah anak keduanya, setelah sebelumnya telah dikaruniai seorang anak perempuan yang kini berusia 5 tahun. Proses penanganan medis di RSUD Sumedang dinilai oleh pihak keluarga korban sebagai lalai dan lamban. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sumedang memberikan penjelasan mengenai dugaan kelalaian tim medis dalam kasus kematian seorang ibu hamil dan bayinya saat melahirkan.

Mamay Maida (30), seorang pasien ASN, meninggal dunia bersama bayi yang dikandungnya di RSUD Kabupaten Sumedang pada tanggal 1 Oktober 2023. Plt Direktur RSUD Kabupaten Sumedang, dr. H. Enceng, menjelaskan bahwa pasien Mamay Maida datang ke rumah sakit setelah dirujuk oleh seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Rujukan tersebut dilakukan karena Mamay Maida telah mengalami kehamilan selama lebih dari 9 bulan atau sekitar 40 hingga 41 minggu, namun belum menunjukkan tanda-tanda persalinan.

"Pasien masuk ke IGD Kebidanan RSUD Sumedang pada hari Sabtu 30 September 2023 pukul 20.00 WIB. Dengan didiagnosa G2P1A0 hamil 40-41 minggu lebih kalsifikasi plasenta dan direncanakan akan diakhiri masa kehamilannya," ucapnya saat memberikan keterangan terkait kejadian tersebut, 3 Oktober 2023.

Baca Juga: Kabupaten Sumedang Terbaik dalam Ajang Kompetisi Inovasi Jawa Barat

Plt Direktur RSUD Kabupaten Sumedang, dr. H. Enceng, menjelaskan bahwa penanganan pasien Mamay Maida sudah sesuai dengan prosedur medis. Pasien direncanakan untuk menjalani persalinan pervaginam dengan bantuan tindakan induksi untuk merangsang timbulnya kontraksi sebagai tanda awal persalinan.

Pada hari Minggu, proses persalinan Mamay Maida mengalami kemajuan dengan pembukaan yang sudah lengkap. Oleh karena itu, pasien dipimpin dalam proses persalinan. Sayangnya, selama persalinan, pasien mengalami penurunan kondisi fisik yang dicurigai disebabkan oleh emboli air ketuban. "Perlu diketahui bila emboli air ketuban merupakan sindrom katastrofik yang terjadi selama kehamilan dan persalinan atau segera setelah melahirkan. Emboli air ketuban adalah peristiwa masuknya air ketuban yang mengandung sel-sel janin dan material debris lainnya kedalam sirkulasi maternal yang menyebabkan kolaps kardio respirasi," ujar Plt Direktur RSUD tersebut.

dr. Enceng menjelaskan bahwa kejadian ini disebabkan oleh risiko medis yang dapat timbul kapan saja, meskipun penanganan pasien telah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Dia mengakui bahwa kejadian ini telah diikuti dengan langkah-langkah evaluasi dalam hal pelayanan medis, termasuk evaluasi terhadap SOP (Standar Operasional Prosedur) dan indikasi persalinan dari awal masuknya pasien hingga pasien meninggal dunia.

Evaluasi ini bertujuan untuk memahami lebih lanjut penyebab terjadinya emboli air ketuban dan apakah ada aspek-aspek tertentu yang dapat diperbaiki dalam penanganan pasien hamil di masa mendatang. "Pihak rumah sakit sudah bertemu, menyampaikan rasa belasungkawa, dan berkomunikasi dengan pihak keluarga sehingga kejadian ini diharapkan tidak terulang dan menjadi bahan perbaikan dalam pelayanan RSUD Sumedang demikian untuk dimaklumi," katanya.

Baca Juga: Upaya Pemerintah Kabupaten Sumedang untuk Menghadapi Musim Kemarau Panjang

Selanjutnya, informasi dari suami korban, Ardiansyah Apandi (30), bahwa istrinya mulai merasakan tanda-tanda akan melahirkan pada Sabtu, 30 September 2023, pagi. Mereka kemudian membawa Mamay ke Puskesmas Cibugel sekitar pukul 08.00 WIB. Di Puskesmas, Mamay disarankan untuk pergi ke dokter spesialis kandungan untuk penanganan lebih lanjut.

"Lalu kami pun pergi ke daerah Ganeas untuk menuju dokter Dani, kata dokter Dani 'ini mau empat hari apa sekarang dirujuknya?', jawab saya 'yang terbaik saja soalnya istri saya saat lahiran anak pertama juga sulit keluar waktu di AMC (rumah sakit), sampai harus di vakum, sekarang kondisinya sama seperti anak saya yang pertama, sudah lewat hari," paparnya menambahkan.

Istri Ardiansyah dirujuk ke RSUD Sumedang setelah pemeriksaan di Puskesmas Cibugel. Setibanya di ruangan bidan RSUD Sumedang sekitar pukul 20.00 WIB, bidan menjelaskan kepada Ardiansyah bahwa istri harus diinduksi. Ardiansyah kemudian meminta bidan untuk segera melakukan tindakan darurat jika setelah diinduksi tidak ada reaksi atau jika bayi tidak kunjung keluar dari rahim sang ibu.

“Puncaknya itu sekitar pukul 11.00, karena nggak keluar lagi, harus dikasih obat induksi lagi ke 4 kali, kata saya teh jangan dikasih-kasih obat induksi, udah tindakan aja, sesar aja atau gimana yang pentingkan, ada yang selamat, soalnya jam 11.00 kurang itu si bayi itu kepalanya sudah kelihatan, cuma ke dalam lagi gitu,” katanya. Peristiwa tersebut terjadi ketika dirinya sudah berkali-kali meminta dilakukan tindakan, pihak medis yang menangani istrinya beralasan bahwa dokternya sedang menangani pasien lain dan hendak makan istirahat.

“Sampai Jam 12.30, belum diapa-apain. Ketika istri saya sudah gak bergerak, sudah kehabisan tenaga, baru dimasukin ke ruang operasi. Jam 12.30 kurang lebih masuk ruang operasi, udah ke sana, bolak balik dokter itu, saya juga udah pasrah disana, karena kan kelihatan istri dah gimana gitu ya,” katanya. Sayangnya, Mamay akhirnya dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 13.14 WIB bersama bayi yang masih berada di dalam kandungannya.***

Editor: Helmi Surya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah