SUMEDANG BAGUS -- Seni batik menjadi salah satu keajaiban budaya Indonesia yang terus berkembang. Hal itu karena batik bukan hanya sekadar kain indah yang dihiasi dengan motif artistik, tetapi juga merupakan ekspresi budaya dan kreativitas yang mempesona.
Baru-baru ini, Rumah Batik Komar yang merupakan tempat produksi batik, berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB) dan Universitas Muhamadiyah Bandung (UM Bandung) dengan diwadahi Program Matching Fund Kedaireka 2023. Kolaborasi tersebut melahirkan inovasi baru dalam seni batik pendulum.
Baca Juga: Ini Batik Khas dari Sumedang
Seni Batik Pendulum: Lahirnya Sebuah Inovasi
Dr. H. Komarudin Kudiya S.Ip., M.Ds. yang akrab dipanggil Komar, merupakan seorang perupa batik yang berasal dari Cirebon. Ia memimpin salah satu pusat produksi batik di Indonesia, yaitu Rumah Batik Komar.
Batik Pendulum merupakan terobosan yang lahir dari pemikiran kreatifnya, saat menyikapi berkurang drastinya pembatik selama Pandemi COVID 19. Pada masa itu, banyak pembatik yang berpindah profesi karena pembatasan sosial.
Menghadapi tantangan untuk terus berkreasi meskipun pembatik terbatas, Komar mengeksplorasi teknik membatik baru. Lahirlah teknik batik pendulum.
"Pada teknik ini, pendulum berupa corong berisi malam batik diayunkan pada simpangan dan arah yang diatur sedemikian rupa oleh perupa. Malam yang tercurah dari corong tersebut membentuk pola-pola melingkar," tutur Komarudin.
Di tangan perupa yang memahami elemen-elemen pembentuk motif batik, teknik pendulum menghasilkan motif sirkular kompleks yang seolah mengambang dan mengayun di atas kain. Hasilnya adalah karya batik yang estetis, serta bermakna mendalam.