Arab Saudi Bakal Membawa Haji dan Umrah ke Dunia Metaverse? Ini Pandangan Cholil Nafis

9 Februari 2022, 18:09 WIB
Pemerintah Arab Saudi menggagas membawa pengalaman haji dan umrah umat Islam ke dalam dunia metaverse. //Twitter/@hsharifain/

SUMEDANGKLIK - Pemberitaan mengenai haji dan umrah di metaverse banyak menuai perdebatan di kalangan pulik.

Pasalnya, pemerintah Arab Saudi menggagaskan untuk membawa tempat suci umat Islam ke dunia metaverse sehingga setiap muslim di dunia dapat merasakan mencium batu hitam (Hajar Aswad) di Mekah itu.

Kabar itu mencuat kembali, setelah sempat dipublikasikan oleh Haramain Sharifain @hsharifain di akun Twitter resminya, pada 13 Desember 2021 lalu.

"Selama peresmian 'Inisiatif Batu Hitam Virtual'," tulis keterangan @hsharifain.

Baca Juga: Peringatan HPN 2022, Jurnalis Dituntut Terus Menjaga Kompetensi dan Kinerjanya

Menurut rilis tersebut, pemerintah Arab Saudi menggaskan untuk mengakomodasi seluruh umat muslim dapat merasakan pengalamannya sebelum melaksanakan ibadah haji ke Mekah.

Jadi, peluncuran itu sebagai sarana promosi wisata religi dari pemerintahan Arab Saudi.

"Presiden Sudais : “Kita memiliki situs-situs keagamaan dan sejarah yang hebat yang harus kita digitalkan dan komunikasikan kepada semua orang melalui sarana teknologi terkini” ungkap pernyataan tersebut.

Menanggapi hal tersebut, Dosen UIN Syarif Hadayatullah dan Universitas Indonesia, Cholil Nafis, mencutikan pandangannya terhadap proyek Ka'bah yang digagas pemerintah Arab Saudi itu.

"Mau Haji Di Metaverse? Pada bulan Desember 2021 Arab Saudi merilis Ka’bah secara virtual di metaverse. Proyek Ka’bah metaverse digagas dan diwujudkan oleh Dinas Urusan Museum dan Pameran Arab Saudi bekerjasama dengan Universitas Umm Al-Qura. Bolehkah haji secara virtual?," cuit Cholil Nafis @cholilnafis di twitter, pada Rabu 9 Februari 2022.

Baca Juga: Peringatan HPN 2022, Jurnalis Dituntut Terus Menjaga Kompetensi dan Kinerjanya

Cholil Nafis yang merupakan Ketua MUI Pusat periode 2020-2025 berpendapat, pelaksanaan haji di metaverse adalah alam khayal dan fiksi di dunia maya.

Sedangkan, katanya, perintah pelaksanaan haji harus dengan fisik di dunia nyata. Begitu juga ibadah umrah harus di alam nyata sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW.

"Sebab Ibadah haji itu sifatnya ta’abbudi dan tauqifi," ungkapnya.

Pengasuh Pesantren Cendekia Amanah Depok itu juga menyebutkan, ibadah haji bersifat tetap tak mengalami perubahan tempat dan waktunya.

"Asalnya ibadah itu haram sampai ada tuntunan yang mengajarinya. Maka seorang muslim tidak dapat melakukan ibadah dan haram (dilarang) hukum jika tidak ada tuntunannya dari Rasulullah saw," terang Cholil Nafis.

Baca Juga: Peringatan Puncak HPN 2022, Presiden Jokowi Menitipkan Beberapa Hal Untuk Insan Pers

Cholil Nafis menjelaskan, metaverse baik untuk interaksi sosial dan transaksi ekonomi secara virtual dengan membuka alam maya sendiri seperti horizon, avatar dan lain-lain.

Namun, tambahnya, ibadah mahdhal (murni) tidak dapat dipindahkan ke dunia fiksi.

"Maka haji dan shalat tidak sah dilakukan secara virtual di metaverse," tutupnya.***

Editor: Panji Eko Laksmanto

Tags

Terkini

Terpopuler