Hasilnya, dalam hitungan tiga tahun pasca-Perpres 15, kualitas air sungai Citarum membaik dari cemar berat menjadi cemar ringan padahal targetnya adalah cemar sedang.
"Di awal kegiatan Citarum Harum kita cemar berat atau sangat buruk nilainya 33 poin, di 2021 tadinya targetnya cemar sedang tapi berkat kerja semua pihak justru melebihi target jadi sekarang cemar sangat ringan," tutur Ridwan Kamil.
Baca Juga: Humor Sufi Ramadhan, Imam Syafi'i Menangis Sejadi-jadinya Saat Baca Syair Terakhir Abu Nawas
Keberhasilan Citarum Harum dengan konsep pentaheliks diapresiasi pada forum internasional COP26 di Glasgow tahun 2021.
Konsep pentaheliks disebut tidak ada di negara lain, di mana TNI-Polri turut mengurusi soal krisis sungai.
"Karena kemajuannya dan konsep pentaheliks kan tidak ada di negara lain, TNI-Polri ngurusin krisis sungai tapi itulah kearifan lokal Indonesia yang dipuji dunia," katanya.
Baca Juga: Yummy, Es Teler Kekinian Cocok Dinikmati Untuk Takjil Berbuka Puasa
Ridwan Kamil berharap, konsep pentaheliks dalam konteks lingkungan ini bisa menginspirasi daerah lain yang punya persoalan khususnya krisis sungai.
"Jadi kalau sungai-sungai di Indonesia maupun negara lain mau bersih luar biasa dan bebas dari krisis polusi harus dengan konsep multistakeholders atau pentaheliks. Semoga pogres Citarum Harum ini bisa menginspirasi," tutur Ridwan Kamil.
Webinar sendiri diselenggarakan oleh Bank Dunia bekerjasama dengan Kementerian PPN/ Bappenas RI. ***