Terdampak Pandemi Covid-19, Pelaku UMKM Harapkan Intervensi Pemerintah

- 20 Februari 2022, 13:16 WIB
Pekerja di salah satu rumah produksi boneka di Margahayu Hilir Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung, mengerjakan pesanan boneka. Lesunya produksi boneka, turut berpengaruh terhadap penghasilan pekerja. Tidak jarang jika tidak ada pesanan boneka, para pekerja ini bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.*
Pekerja di salah satu rumah produksi boneka di Margahayu Hilir Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung, mengerjakan pesanan boneka. Lesunya produksi boneka, turut berpengaruh terhadap penghasilan pekerja. Tidak jarang jika tidak ada pesanan boneka, para pekerja ini bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.* /Ecep Sukirman/SumedangKlik/

SUMEDANGKLIK – Pelaku Usaha Miko, Kecil, dan Menengah (UMKM) Kabupaten Bandung mengharapkan adanya stimulus permodalan bagi mereka. Hal itu agar para pelaku UMKM ini tidak terus terpuruk akibat kondisi ekonomi saat ini karena damak Covid-19.

Seorang perajin boneka di Sayati Hilir Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung, Agus Kosasih (51) mengatakan, saat ini pihaknya mencoba untuk terus bertahan di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti. Bahkan, untuk bisa bertahan selama ini pihaknya terpaksa menjual beberapa aset miliknya senilai Rp 1,6 miliar untuk menutupi kebutuhan operasional produksi.

“Meski sudah menjual beberapa aset, tetapi hal itu tidak bisa bertahan lama. Kami juga terpaksa meliburkan dulu para pegawai karena tidak adanya pesanan selama dua tahun ini. Kami mulai berproduksi lagi sekitar dua minggu yang lalu, itu pun dengan sisa modal yang ada,” ungkap Agus.

Baca Juga: Baru 10 Persen BUMDes di Kabupaten Bandung Tergolong Maju dan Berkembang

Bahkan, saat ini banyak pelaku UMKM di Kabupaten Bandung terpaksa gulung tikar. Pelaku UMKM yang saat ini masih bertahan, mengharapkan intervensi nyata pemerintah agar usaha mereka tetap bisa bertahan.

Masih dikatakan Agus, selama badai pandemi Covid-19 dirinya kehilangan omzet hingga Rp 350 juta/bulan.

Omzet penjualan boneka sebelum adanya pandemi, lanjut Agus, bisa mencapai Rp 400 juta/bulan, namun saat ini omzetnya hanya mencapai Rp 15 juta/pekan atau sekitar Rp 60 juta/bulan.

Saat ini pihaknya baru bisa merekrut 4 pegawai dari jumlah semula sebanyak 30 orang. Bahkan, untuk melibatkan warga sekitar mengerjakan produksi secara maklun, dirinya mengaku terseok-seok.

Baca Juga: BNPB Bagikan 100 Ribu Masker Kepada Warga Cimahi

Halaman:

Editor: Ecep Sukirman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah