Pasar Saham Indonesia Menguat di Tengah Perlambatan Ekonomi Global

- 21 Februari 2024, 09:08 WIB
Ilustrasi berinvestasi dalam Pasar Saham
Ilustrasi berinvestasi dalam Pasar Saham /

SUMEDANG BAGUS -- Hingga 16 Februari 2024, pasar saham Indonesia masih menunjukkan penguatan di tengah perlambatan ekonomi global. Berdasarkan catatan OJK, IHSG menguat 0,86 persen ytd ke level 7.335,55, serta membukukan net buy sebesar Rp20,05 triliun ytd.

Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi, Aman Santosa mengungkapkan, pada 5 Januari 2024, IHSG menyentuh all time high di level 7.403,08. Beberapa sektor di IHSG pada Februari 2024 (s.d. 16 Februari 2024) masih menguat di antaranya sektor kesehatan dan sektor konsumsi primer.

Baca Juga: Presiden Jokowi Meminta Industri Jasa Keuangan Belajar dari Krisis Keuangan di Masa Lalu

"Dari sisi pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar saham per 16 Februari 2024 tercatat 11.603 triliun rupiah atau secara ytd turun tipis sebesar 0,61 persen. Pada 4 Januari 2024, nilai kapitalisasi pasar menyentuh all time high kapitalisasi pasar sebesar 11.810 triliun rupiah. Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham sampai dengan 16 Februari 2024 tercatat 10,66 triliun rupiah ytd," ujarnya.

Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI pada 16 Februari 2024 menguat 0,60 persen ytd ke level 376,87. Secara ytd (13 Februari 2024), yield SBN naik rata-rata sebesar 4,73 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net sell sebesar 3,30 triliun rupiah ytd. Untuk pasar obligasi korporasi, investor non-resident juga tercatat net sell sebesar 1,59 triliun rupiah ytd.

Aman Santosa menambahkan, di industri pengelolaan investasi, nilai Asset Under Management (AUM) pengelolaan investasi per 15 Februari 2024 tercatat sebesar 800,30 triliun rupiah (turun 2,96 persen ytd), dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar 477,28 triliun rupiah atau turun 4,82 persen dan tercatat net redemption sebesar 5,29 triliun rupiah 

Antusiasme penghimpunan dana di pasar modal juga masih terlihat, tercatat nilai Penawaran Umum sebesar 12,34 triliun rupiah dengan emiten baru tercatat sebanyak 11 emiten hingga 16 Februari 2024. Sementara itu, masih terdapat 86 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar 50,02 triliun rupiah yang diantaranya merupakan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 59 perusahaan.

"Sedangkan untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM, sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 16 Februari 2024 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 509 Penerbit, 169.851 pemodal, dan total dana yang dihimpun sebesar 1,07 triliun rupiah," tuturnya.

Pada Bursa Karbon, sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 16 Februari 2024, tercatat 48 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar 501.910 tCO2e dan akumulasi nilai sebesar 31,36 miliar rupiah, dengan rincian 31,39% di Pasar Reguler, 9,69% di Pasar Negosiasi dan 58,92% di Pasar Lelang. Aman menyatakan, ke depan, potensi Bursa Karbon masih sangat besar mempertimbangkan terdapat 3.418 pendaftar yang tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI) dan tingginya potensi unit karbon yang ditawarkan.

Halaman:

Editor: B. Hartati


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah