Kolaborasi Rumah Batik Komar dengan ITB,ITSB, dan UM Bandung Lahirkan Inovasi dalam Seni Batik Pendulum

17 Desember 2023, 19:05 WIB
Maestro Batik, Komarudin Kudiya memeragakan cara membuat batik menggunakan pendulum dan dinamainya Batik Pendulum di Rumah Batik Komar Jalan Cigadung Raya Timur Kota Bandung. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

SUMEDANG BAGUS -- Seni batik menjadi salah satu keajaiban budaya Indonesia yang terus berkembang. Hal itu karena batik bukan hanya sekadar kain indah yang dihiasi dengan motif artistik, tetapi juga merupakan ekspresi budaya dan kreativitas yang mempesona.

Baru-baru ini, Rumah Batik Komar yang merupakan tempat produksi batik, berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB) dan Universitas Muhamadiyah Bandung (UM Bandung) dengan diwadahi Program Matching Fund Kedaireka 2023. Kolaborasi tersebut melahirkan  inovasi baru dalam seni batik pendulum.

Baca Juga: Ini Batik Khas dari Sumedang

Seni Batik Pendulum: Lahirnya Sebuah Inovasi

Dr. H. Komarudin Kudiya S.Ip., M.Ds. yang akrab dipanggil Komar, merupakan seorang perupa batik yang berasal dari Cirebon. Ia memimpin salah satu pusat produksi batik di Indonesia, yaitu Rumah Batik Komar.

Batik Pendulum merupakan terobosan yang lahir dari pemikiran kreatifnya, saat menyikapi berkurang drastinya pembatik selama Pandemi COVID 19. Pada masa itu, banyak pembatik yang berpindah profesi karena pembatasan sosial.

Menghadapi tantangan untuk terus berkreasi meskipun pembatik terbatas, Komar mengeksplorasi teknik membatik baru. Lahirlah teknik batik pendulum.

"Pada teknik ini, pendulum berupa corong berisi malam batik diayunkan pada simpangan dan arah yang diatur sedemikian rupa oleh perupa. Malam yang tercurah dari corong tersebut membentuk pola-pola melingkar," tutur Komarudin.

Di tangan perupa yang memahami elemen-elemen pembentuk motif batik, teknik pendulum menghasilkan motif sirkular kompleks yang seolah mengambang dan mengayun di atas kain. Hasilnya adalah karya batik yang estetis, serta bermakna mendalam.

Meskipun teknik menggambar dengan pendulum berisi cat adalah teknik yang sudah lama dikenal dalam dunia seni, membatik dengan teknik pendulum merupakan tantangan besar. Malam batik dalam corong sangat cepat mendingin, sehingga aliran malam dengan cepat tersumbat. Bentuk corong dan pilihan bahan tali pendulum juga mempengaruhi kualitas curahan malam pada kain.

Pemahaman perupa terhadap pergerakan pendulum juga menentukan pola batik yang dihasilkan. Karena itu, Komar terus bereksplorasi hingga mendapatkan bentuk corong, bahan tali, hingga ramuan malam batik yang cocok digunakan untuk teknik batik pendulum.

"Selain teknik pergerakan pendulum, warna juga merupakan elemen penting dalam Batik Pendulum. Komar bereksperimen dengan palet warna untuk menciptakan gradasi dan kontras," ungkap Komarudin.

Dalam beberapa karya Batik Pendulum, Komar bahkan menggabungkan hingga 32 warna untuk menciptakan perpaduan warna yang memukau. Ketekunan tersebut menjadikan Batik Pendulum salah satu representasi terbaik dari seni batik Indonesia, yang menggabungkan tradisi dengan inovasi.

Namun, bukan Komarudin Kudiya namanya jika berpuas diri dengan pencapaian saat ini. Dalam rangka untuk terus berkembang dan memperkaya seni ini, Komar menjalin kolaborasi “Pengembangan Mesin Batik Pendulum dengan Teknologi Industri 4.0” dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB) dan Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung yang diwadahi oleh Program Matching Fund Kedaireka 2023.

Sinergi Kreativitas: Batik Pendulum dan Teknologi

Kolaborasi tersebut mensinergikan seni tradisional dengan teknologi modern. Melalui kerjasama itu, tim ITB yang dimotori Ir. Estiyanti Ekawati, MT Ph.D dan Dr. Ir. Eko Mursito Budi MT serta ITSB yang dimotori Ely Aprilia, S.Si., M.Si.mengembangkan mesin batik pendulum otomatis yang mendukung kreativitas perupa Batik Pendulum untuk berproduksi massal.

Mesin Batik Pendulum otomatis tersebut merupakan dukungan besar dalam produksi batik. Proses pembuatan Batik Pendulum secara manual yang tidak bisa diulang, kini bisa dirancang lebih dahulu dan produksinya diulang. Uniknya, mesin batik tersebut memberikan kejutan-kejutan artistik pada proses pembatikan yang membuat produknya menjadi istimewa.

Mesin batik yang dikembangkan ITB terdiri dari empat mesin yang menarik ulur empat tali untuk menggerakkan corong berisi malam batik, yang dikenal sebagai tipe mesin Cable Driven Parallel Robot (CDPR). Dalam penggunaan mesin tersebut, perupa dapat menggambar dan mengkomposisi pola sirkular pada sebuah tablet.

Perangkat lunak yang melayani penggambaran tersebut kemudian mengirim data gambar ke mesin CDPR. Selanjutnya mesin itu menggambar pola tersebut melalui pergerakan corong berisi malam batik.

Komunikasi data antara perangkat lunak dan mesin batik pendulum berlangsung secara secara nirkabel melalui jaringan internet, menggaris bawahi teknologi industri 4.0 pada sistem tersebut. Pada tahap itu, corong yang hanya terikat pada empat tali serta curahan malam yang bervariasi tergantung pada suhunya, memungkinkan variasi pergerakan selama penggambaran pola malam pada kain oleh mesin batik pendulum.

Di satu sisi, hal itu memungkinkan mengulang pola dasar yang sama pada banyak kain, disertai kejutan-kejutan artistik pada setiap hasilnya. Di sisi lain, tim ITB terus berproses mengolah kinerja mesin itu untuk menghasilkan pola sirkular kompleks dengan akurasi dan konsistensi tinggi.

Jika tim ITB fokus pada aspek teknologi, maka tim UM Bandung, dengan semangat inovatif penggeraknya, yaitu Dra. Saftiyaningsih Ken Atik, M.Ds., fokus pada eksplorasi ragam rias batik pendulum. Melalui eksplorasi itu, mereka memperkaya produk Batik Pendulum dengan aneka ragam hias dan menciptakan variasi yang belum pernah terlihat sebelumnya. Sentuhan ragam hias tersebut membawa batik pendulum ke tingkat berikutnya, memungkinkan lebih banyak ornamen dan ekspresi kreatif.

Melalui kolaborasi tersebut, tentu saja seni budaya terutama seni batik di Indonesia khususnya Jawa Barat menjadi semakin maju mengikuti perkembangan zaman. Semoga saja, berbagai upaya yang terus dilakukan dapat membuat seni batik di Indonesia terus lestari dan menghidupi parapengrajinnya.***

Editor: B. Hartati

Tags

Terkini

Terpopuler