Presiden Jokowi Harus Belajar Dari Sejarah Tentang Pemimpin Besar yang Hancur Karena Over Percaya Diri

23 Oktober 2023, 13:57 WIB
Presiden Jokowi /

SUMEDANG Bagus-Sejarah mengajarkan kepada kita betapa kehancuran pemimpin besar dunia terjadi karena kepercayaan diri yang overdosis. Padahal semula, mereka semua berhasil melakukan pencapaian yg luar biasa bagi rakyatnya.

Pelajari sosok Hitler, Mao Tse Tung, Juan Peron, Mussolini, Syah Iran, Soekarno dan Soeharto. Kini ancaman kehancuran sedang mengintip Jokowi.

Mengapa setelah prestasi yg mencuat dengan cepat menghunjam dalam tanpa dapat ditahan?

Baca Juga: Senior Alumni Unpad Balad Ganjar Syarif Bastaman : Gibran Belum Berpengalaman Untuk Pimpin Indonesia

Jika dicermati dengan baik, kita dapat melihat bahwa bukanlah manuver-manuver lawan politik yg menyerang membuat kehancuran reputasi yg berujung kehilangan kepercayaan.

Pola yang terjadi, akibat prestasi-prestasi besar, rakyat memberikan puja-puji yang luar biasa. Pemimpin terdorong menjadi manusia setengah dewa atau malah full dewa. Ia terdorong apung-apungan sehingga kaki dan seluruh tubuhnya tak lagi menjejak bumi, yang selama ini dia kencing, berak, maupun makan dari sini.

Kearifan lokal masyarakat Jawa mengenal falsafah atau prinsip yg selayaknya ada pada pemimpin, melebihi rakyat jelantah remehan rangginang. Sebut saja salah satu, weruh sakdurunge winarah. Dalam pewayangan, konsep ini ada pada tokoh Semar.

Secara harfiah artinya mengetahui sesuatu sebelum terjadi. Jika hal ini bisa dijalankan, maka akan ada linuwih berupa WASKITA. Bertindak cerdas, cermat, tajam dan hati-hati sehingga bijaksana dan tepat mengambil keputusan. Waspada terhadap sekecil apapun tanda-tanda manusia dan alam semesta.

Baca Juga: Daftar Pemain dan Sinopsis Ftv Ciye Ciye Yang Udah Move On Senin 23 Oktober 2023 Pukul 10.00 WIB

Lebih 9 tahun kita mendukung dan memuja-muji Jokowi. Puncaknya adalah hasil survey yg menyimpulkan 80 % rakyat merasa puas atas kepemimpinan Pak Jokowi. Semua kebijakannya dianggap sempurna oleh mayoritas. Yang mengkritik dihajar habis oleh para pendukung. Apalagi yang menghina dan mencaci-maki.

Inilah yang membuat pemimpin kita ini merasa sangat kuat hingga kekuatan itu menggelembung seperti balon, yang hanya karena duri yg sangat kecil bisa meletus. Apalagi balonnya berwarna hijau, yg lebih sering berbunyi "dor" dari sejak kita belum akil baligh.

Pemimpin kita ini kemudian leluasa mengambil keputusan apa saja, ngomong bebas--mau to the point atau isyarat seperti sign kiri maksudnya belok kanan, bahkan mencuekkan suatu perkara. Akhirnya dia merasa lebih kuat dari apapun dan siapapun. Apakah dia lupa, karena apa sebegitu banyak orang mendukung dirinya? mungkin dia lupa bahwa segenap dukungan itu meluncur di atas nilai-nilai berupa kejujuran, lebih memikirkan rakyat dari yang lain-lain, integritas moral, tidak kompromi kepada pelaku kejahatan masa lalu dan yg berpotensi melakukannya di masa depan.

Sekarang alarm kejatuhan reputasi sudah berbunyi. Namun masih ada waktu utk dapat terangkat kembali menjelang akhir jabatan. Caranya tentu dengan masuk kembali dalam barisan yang lurus. Menjernihkan hubungan2 yg keruh, berpihak kepada orang-orang baik dari masa lalu yg akan berhidmat utk rakyat di masa depan. Dari Mursid W. Kusumo- Alumni Unpad Balad Ganjar (AUBG)***

 

Editor: Miradin Syahbana Rizky

Tags

Terkini

Terpopuler