Pasca Gempa di Pasaman Muncul Fenomena Geologi? Begini Penjelasan Kepala Badan Geologi

- 26 Februari 2022, 21:17 WIB
Fenomena semburan lumpur bercampur air panas yang terjadi setelah rentetan gempa yang mengguncang wilayah Pasaman dan Pasaman Barat di Sumatera Barat.*
Fenomena semburan lumpur bercampur air panas yang terjadi setelah rentetan gempa yang mengguncang wilayah Pasaman dan Pasaman Barat di Sumatera Barat.* /tangkapa layar Twitter/@DwidHaris10/tangkap layar Twitter/@DwidHaris10

SUMEDANGKLIK – Menanggapi pemberitaan dari sebuah media online di Sumatera Barat yang menyebutkan telah terjadi fenomena tanah bergerak di daerah Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Badan Geologi menegaskan hal itu perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut.

Penyelidikan perlu dilakukan untuk memastikan mekanisme tanah bergerak yang telah terjadi di daerah tersebut.

Hal itu dikatakan Kepala Badan Geologi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Eko Budi Lelono kepada wartawan saat dikonfirmasi, Sabtu, 26 Februari 2022.

Baca Juga: Ridwan Kamil Janji Jalan Tambang di Parung Panjang Bogor Segera Diselesaikan

Ditegaskan Eko, media online itu memberitakan, di daerah Malampah telah terjadi fenomena tanah bergerak akibat rentetan gempa darat yang mengguncang Pasaman dan Pasaman Barat pada Jumat, 25 Februari 2022 pagi.

Eko menjelaskan, berdasarkan peta geologi Lembar Lubuksikaping-Sumatera, kondisi geologi regional daerah Malampah terdiri dari beberapa formasi, di antaranya formasi kuantan, endapan gunung api yang tak terbedakan, dan hasil dari Gunung Talamau yang terdiri dari beberapa endapan.

“Formasi kuantan yang berumur Perm-Karbon terdiri atas batusabak, kuarsit, dan arenit metakuarsa, dan wake fillit. Sedangkan endapan gunung tak terbedakan terutama lapisan batuan gunung api, tidak menunjukkan bekas pusat gunung ap,” ungkap Eko.

Baca Juga: Banjir Manggarai NTT, Jalur Ruteng Menuju Reo Tertutup Material

Selanjutnya, lanjut dia, untuk hasil Gunung Talamau terdiri dari beberapa endapan, yaitu endapan pertama terutama lava. Kemudian endapan kedua terutama lahar dan endapan ketiga terutama endapan alluvium gunung api klastika Tertiary, dan mainly volkaniclasticalluvium.

“Fenomena likuefaksi berupa aliran yang dapat menyebabkan gerakan tanah atau tanah bergerak, dapat terjadi apabila beberapa persyaratan terpenuhi. Yaitu, kondisi litologi penyusun, morfologi, muka air tanah, dan gempa bumi sebagai pemicu terjadinya likuefaksi,” tutur dia.

Hasil analisis sementara, lanjut Eko, untuk mekanisme likuefaksi aliran ini berdasarkan informasi media dan kondisi geologi di daerah Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman.

Baca Juga: Reklame Roboh Tertiup Angin di Bandung, Dua Pengendara Jadi Korban

Likuefaksi tipe aliran ini, kata dia, dapat terjadi karena kondisi material tanah yang sangat jenuh air dan relatif dangkal pada  dan material ini bersumber dari hasil litologi rombakan bagian hulunya.

Sifat material hasil rombakan ini, ditambahkan Eko, kemungkinan bersifat non plastis sampai sedikit plastis, kurang padu dan berada dalam kondisi jenuh air.

“Selain itu, kemiringan lereng yang relatif landai mengarah ke Sungai Batang Timah adalah salah satu faktor penting yang menyebabkan terjadi pergerakan mengalir dengan pemicu guncangan yang sangat kuat. Sehingga mengurai dan menghancurkan kekuatan tanah aslinya,” ucap Eko.

Baca Juga: POPULER HARI INI: 6 Fakta Vladimir Putin, Gempa Guncang Pasaman, Hingga Rusia Bom Kapal Kargo Milik Turki

Masih dikatakan dia, setelah gempa mengguncang Pasaman dan Pasaman Barat itu terjadi, hal tersebut berpotensi juga mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan. Seperti di antaranya retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi.

“Peluang terjadinya likuefaksi dapat terjadi khususnya di daerah dataran dan sedikit landai. Pada umumnya, kerentanan likuefaksinya sedang. Artinya, yaitu zona kerentanan yang dapat mengalami likuefaksi secara tidak merata dan struktur tanah umumnya rusak,” ucap Eko.

Secara umum, beberapa daerah yang mengalami kerusakan tanah pondasi  intensif yaitu  sepanjang pantai, bantaran sungai, dan dataran yang memiliki kedalaman muka air tanah yang dangkal kurang dari 10 meter.

Baca Juga: 6 Fakta Menakjubkan Presiden Rusia Vladimir Putin, Nomor 5 Bikin Ciut Nyali Lawan

Demikian halnya juga dengan fenomena terjadinya semburan lumpur bercampur air panas akibat gempa bumi di Pasaman yang diberitakan beberapa media. Lokasi semburan lumpur itu, kata Eko, dekat dengan mata air panas atau sekitar 30 meter dari pemandian air panas.

“Kondisi geologi di sekitar lokasi, merupakan formasi tak terbedakan, terutama lapisan batuan gunungapi, tidak menunjukkan bekas pusat gunung api, dan pada bagian atasnya merupakan endapan aluvium,” ungkapnya.

Dugaan sementara, kata Eko, guncangan gempa bumi yang sangat kuat menyebabkan retakan yang memotong akuifer yang berisi air panas. Dan diperkirakan retakan tersebut menembus ke permukaan aluvium hingga permukaan tanah.

Baca Juga: TAHUKAH KAMU? Fitur Sistem Pengereman di Mobil Kita Awalnya Diterapkan Untuk Pesawat Terbang

“Adapun material lumpur adalah material aluvium yang terbawa tekanan air yang kuat, berasal dari akuifer yang mengandung air panas. Adapun sebaran air panas yang ada di beberapa titik karena mengikuti bidang lemah yang terbentuk natural. Ada kemungkinan spot-spot ini sebagai mud volcano atau kemungkinan sand boil,” kata Eko. ***

Editor: Ecep Sukirman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah