Protes Umat Islam di Den Haag Menentang Islamofobia dan Penistaan Al Quran

- 27 Agustus 2023, 22:14 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi /FOTO: ANTARA

SUMEDANG BAGUS - Umat Islam mengambil bagian dalam protes yang diorganisir oleh kelompok Islam di kota Den Haag, Belanda, pada hari Jumat, sebagai respons terhadap insiden-insiden Islamofobia yang terjadi di berbagai belahan Eropa. Para peserta protes membawa salinan Al Quran dan berkumpul di Lapangan Malieveld. Mereka membawa spanduk dengan tulisan "Al Quran adalah sumber penerangan kami, bahkan api tidak dapat menyulut matahari" serta "Saya mencintai Al Quran" sambil berjalan menuju kedutaan Denmark dan Swedia.

Mereka mengkritik tindakan pemerintah yang membiarkan persekusi terhadap Al Quran dan menggambarkan pesan seperti "Hentikan pembakaran buku dan kitab suci kami" serta "Pemerintah Denmark dan Swedia seharusnya malu!" Sejumlah demonstran juga membacakan ayat-ayat dari Al Quran. Serdar Isik, seorang psikolog, memberikan pernyataan di depan Kedutaan Swedia dan mengutuk serangan terhadap Al Quran di Denmark, Swedia, dan Belanda, yang merusak perasaan umat Islam. Dia juga menilai tindakan polisi yang membiarkan penghancuran Al Quran sebagai tindakan rasisme.

Baca Juga: RJ Barret Takjub Piala Dunia FIBA di Indonesia Meriah

Isik sangat mengkritik Walikota Den Haag, Jan van Zanen, yang membiarkan tindakan penistaan terhadap Al Quran terjadi. "Kami merasa terluka karena tindakan rasis dan diskriminatif ini diizinkan, merusak nilai-nilai yang dipegang oleh lebih dari satu juta umat Muslim di Belanda," tegas Isik. Isik menyuarakan tuntutan para demonstran agar Pemerintah Belanda mengesahkan undang-undang yang melindungi hak beragama dan perdamaian, serta memastikan keberlangsungan hidup harmonis antara kelompok agama, non-agama, dan individu. Sebelumnya, Edwin Wagensveld, pemimpin gerakan Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat (PEGIDA) di Belanda yang dikenal dengan sikap Islamofobik, telah melakukan tindakan merusak terhadap Al Quran dalam demonstrasi di Den Haag pada 22 Januari dan di Utrecht pada 13 Februari, dengan pengawalan polisi.

Aksi-aksi serupa yang dilakukan oleh Wagensveld memicu reaksi kelompok Muslim, yang berusaha untuk menghadapi demo PEGIDA, walaupun otoritas tidak melarangnya, meskipun ada ancaman pembakaran Al Quran. Wagensveld sendiri, meskipun pernah ditangkap, dilepaskan pada hari yang sama, dan ia berupaya untuk melanjutkan aksi serupa di Den Haag. Namun, polisi mengambil tindakan untuk mencegahnya dengan alasan ketidakpatuhan terhadap prinsip-prinsip demokrasi. Pada tanggal 18 Agustus, Wagensveld kembali melakukan aksi merusak Al Quran di depan kedutaan Turki di Den Haag.***

 

Editor: Helmi Surya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x