Harga Emas Kembali Turun dalam Lima Berturut-Turut, Dipengaruhi Kenaikan Indeks Harga Produksi

- 12 Agustus 2023, 21:28 WIB
Ilustrasi emas batangan
Ilustrasi emas batangan /@wirestock/Freepik

SUMEDANG BAGUS - Kontrak emas berjangka mengalami penurunan kembali pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB). Penurunan ini sudah berlangsung selama lima hari berturut-turut setelah terjadi kenaikan sedikit pada Indeks Harga Produsen (IHP) AS, yang ternyata lebih tinggi dari perkiraan. Hal ini terjadi di tengah penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil dari obligasi pemerintah.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman bulan Desember di Divisi Comex New York Exchange mengalami pemotongan sebesar 2,30 dolar AS atau 0,12 persen, sehingga ditutup pada 1.946,60 dolar AS per ons. Harga sempat mencapai puncaknya pada 1.953,60 dolar AS dan terendah pada 1.942,70 dolar AS selama sesi tersebut.

Pada hari Kamis (10/8), harga emas berjangka turun sebesar 1,70 dolar AS atau 0,09 persen menjadi 1.948,90 dolar AS. Sebelumnya, pada Rabu (9/8), terjadi penurunan sebesar 9,30 dolar atau 0,47 persen menjadi 1.950,60 dolar AS. Kemudian, pada Selasa (8/8), terjadi penurunan sebesar 10,10 dolar AS atau 0,51 persen menjadi 1.959,90 dolar AS.

Baca Juga: Waspada Penipuan Mengatasnamakan Staf Pimpinan KPK

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (11/8) bahwa IHP AS, yang merupakan ukuran inflasi sebelum mencapai konsumen, mengalami kenaikan sebesar 0,3 persen dari bulan Juli ke bulan Agustus, dan meningkat sebesar 0,8 persen dari tahun ke tahun. Hal ini menyusul kenaikan sebesar 0,2 persen dari tahun ke tahun pada bulan Juni, yang merupakan kenaikan tahunan terendah sejak bulan Agustus 2020.

Para analis pasar meyakini bahwa kenaikan harga grosir di AS pada bulan Juli masih mencerminkan tren penurunan inflasi secara keseluruhan. Meskipun laporan inflasi AS pada Kamis (10/8) lebih rendah dari perkiraan, harga emas tetap merosot sepanjang minggu ini. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran akan potensi akselerasi tekanan inflasi dan kekhawatiran bahwa imbal hasil obligasi serta nilai tukar dolar AS mungkin akan terus meningkat, sehingga menurunkan permintaan terhadap logam mulia.***

 

Editor: Achmad Wirahadi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah