Sejarah Hari Suci Waisak

- 4 Juni 2023, 22:25 WIB
ILUSTRASI Waisak
ILUSTRASI Waisak /Pixabay/susuteh

SUMEDANG BAGUS - Waisak, juga dikenal sebagai Vesak atau Buddha Purnima, adalah perayaan agama Buddha yang memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yang kemudian menjadi Buddha. Peristiwa-peristiwa tersebut adalah kelahiran Siddhartha Gautama, pencerahan Buddha, dan nirwana (wafatnya Buddha). Waisak merupakan salah satu perayaan paling penting dalam agama Buddha dan dianggap sebagai hari suci. Sejarah Waisak dapat ditelusuri kembali ke India kuno.

Siddhartha Gautama, yang kelak menjadi Buddha, lahir pada tahun 563 SM di Lumbini, Nepal. Menurut tradisi, kelahirannya diperingati pada bulan purnama (bulan penuh) di bulan Vesak (Baisakh dalam bahasa Sanskerta) dalam kalender Hindu-Buddha. Peristiwa berikutnya yang diperingati dalam Waisak adalah pencerahan Buddha. Menurut legenda, pada usia 29 tahun, Siddhartha Gautama meninggalkan kehidupan kerajaan dan hidup sebagai seorang pertapa untuk mencari jalan penyelesaian penderitaan umat manusia.

Baca Juga: Peringatan Waisak di Candi Borobudur

Setelah bertapa selama beberapa tahun, pada usia 35 tahun, Siddhartha mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India. Pada saat itu, dia menyadari Empat Kebenaran Mulia yang menjadi dasar ajaran Buddha. Empat Ajaran Mulia (Four Noble Truths) adalah inti dari ajaran Buddha dan merupakan dasar dari pemahaman tentang penderitaan manusia dan jalan menuju pembebasan dari penderitaan tersebut.

Berikut adalah empat ajaran mulia Buddha:

1. Kebenaran tentang Penderitaan (Dukkha): Ajaran ini menyatakan bahwa penderitaan adalah bagian alami dari kehidupan manusia. Penderitaan dapat berkisar dari penderitaan fisik, penderitaan emosional, hingga ketidakpuasan umum dalam kehidupan. Penderitaan ini tidak dapat dihindari dan dialami oleh semua makhluk hidup.

2. Kebenaran tentang Penyebab Penderitaan (Samudaya): Ajaran ini menyatakan bahwa penderitaan timbul karena adanya keinginan dan hawa nafsu yang tak terpuaskan. Keinginan-keinginan ini termasuk keinginan terhadap kenikmatan sensorik, keinginan akan keberadaan dan eksistensi yang berkelanjutan, serta keinginan terhadap ketidakberadaan atau ketiadaan hal-hal yang tidak diinginkan.

Baca Juga: Candi Borobudur dan Prambanan Bakal Dijadikan Tempat Keagamaan bagi Umat Hindu dan Budha di Dunia

3. Kebenaran tentang Pembebasan dari Penderitaan (Nirodha): Ajaran ini menyatakan bahwa ada jalan untuk mengakhiri penderitaan. Pembebasan dari penderitaan dicapai dengan menghentikan keinginan dan hawa nafsu yang menjadi penyebab penderitaan. Pembebasan ini dikenal sebagai Nirwana, mencapai keadaan yang bebas dari penderitaan dan ketidakpuasan.

Halaman:

Editor: Helmi Surya

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x