Peringatan Waisak di Candi Borobudur

- 4 Juni 2023, 22:16 WIB
Bhiksu thudong tiba di candi Borobudur
Bhiksu thudong tiba di candi Borobudur /Foto/antara/

SUMEDANG BAGUS - Hari Raya Waisak tahun ini, tema yang diangkat adalah "Aktualisasikan ajaran Buddha di dalam kehidupan sehari-hari." Biksu Samanta Usala Mahasthavira menyampaikan renungan tersebut di mana ia menjelaskan bahwa pikiran merupakan pelopor dari segala tindakan. Untuk mengendalikan tindakan dengan baik, penting untuk meluruskan pandangan dan menjernihkan pikiran.

Dalam sutra hati Sang Buddha dijabarkan bahwa penderitaan melekat pada bahagia atau derita adalah hasil dari dualisme yang melekat pada hati yang senantiasa berubah dan bergejolak. Manusia awam seringkali menginginkan kebahagiaan, tetapi tidak paham bagaimana mencapai kebahagiaan yang sejati. Biksu Samanta Usala Mahasthavira menjelaskan bahwa ajaran Buddha dirancang untuk menyembuhkan penyakit batin. Jika seseorang ingin mengubah nasibnya menjadi lebih baik, penting untuk memahami dan menerapkan ajaran luhur dalam menata hati, membina batin, dan mencerahkan pikiran.

Baca Juga: 32 Biksu melakukan Perjalanan dari Thailand ke Borobudur.

Rangkaian detik-detik Waisak diakhiri dengan pradaksina, yaitu berjalan mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali oleh para biksu dan umat Buddha. Pada Hari Raya Waisak, Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Kementerian Agama, Nyoman Suriadarma, mengajak umat Buddha untuk merawat kerukunan antar-sesama manusia.   Ia menekankan pentingnya menjadikan perbedaan sebagai kekuatan dan bagian dari aktualisasi ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun terdapat ragam mazhab dalam agama Buddha, hal tersebut tidak seharusnya menjadi penghalang bagi terwujudnya keharmonisan dan kerukunan umat. Suriadarma percaya bahwa jika negara ini rukun, umat Buddha rukun, dan antaragama rukun, maka negara ini akan langgeng. Menjaga kerukunan dapat dimulai dari hal-hal sederhana, seperti saling bertegur sapa dan saling melempar senyum ketika bertemu satu sama lain.   Air suci yang diambil pada perayaan Waisak memiliki makna jernih dan bening, seperti hati yang seharusnya. Dhamma, ajaran Buddha, memberikan petunjuk kepada kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bersama-sama mempelajari dan mendalami ajaran tersebut agar kehidupan kita menjadi lebih damai dan rukun.***

 

Editor: Helmi Surya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x