Lakukan Analisis Data, Captain Vincent Raditya Ungkap Penyebab Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh

- 11 Januari 2021, 09:47 WIB
Pilot Vincent Raditya.
Pilot Vincent Raditya. /instagram.com/@vincentraditya

PR SUMEDANG - Salah satu kapten pilot maskapai swasta nasional Batik Air, captain Vincent Raditya turut membuka suara terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
 
Captain Vincent menyebut adanya kejadian mengerikan yang diduga terjadi pada pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tersebut.
 
Sebagaimana dilansir PikiranRakyat-Sumedang.com dari kanal YouTube milik Captain Vincent Raditya pada Senin, 11 Januari 2021, bahwa ia menyampaikan adanya kejadian mengerikan yang diduga terjadi pada pesawat Sriwijaya Air SJ 182 setelah melakukan analisis sejumlah data di flightradar24.com
 
 
Captain Vincent menjelaskan bahwa dari parking stand sampai pesawat push back, dan taxing menuju run way relatif tidak ada sesuatu yang tidak wajar.
 
"Memang ada beberapa pergerakan yang aneh, tapi ini dimungkinkan karena kesalahan sensor di flightradar, bukan pesawatnya," ujarnya.
 
Dia juga mengatakan bahwa pada proses take off, kecepatan, dan climbing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tersebut tidak ada masalah, bahkan pergerakannya sudah sesuai dengan jalur menuju Pontianak.
 
 
"Climb di ketinggian 2.000 kaki, ground speed, semua normal. Kalau ditarik garis lurus, sudah mengarah ke Pontianak," katanya.
 
"Semua on the track, tidak ada indikasi muncul masalah," ucap captain Vincent menambahkan. 
 
Akan tetapi, sekitar 4 menit setelah take off, pesawat terlihat oleng 38 derajat. Menurutnya, ketika itu bisa saja terjadi turbulensi.
 
 
"Tidak sampai 1 menit, pesawat belok 16 derajat off track, keadaan ini tidak normal. Pesawat lalu menikung ke kiri, tapi masih bisa climb perlahan," ujar Captain Vincent yang juga dikenal sebagai vlogger.
 
"Belum sampai 1 menit pesawat off track 40 derajat. Kurang dari 1 menit pesawat menghadap ke kiri, drastis, lalu dive down ke 8.900 kaki dari sebelumnya 10.700," kata Vincent.
 
Lebih lanjut, kata Vincent, hal tersebut turun sekitar dua ribuan kaki, dengan adanya climb configuration, maka berisiko terkena stall.
 
 
"Itu turun 2 ribuan kaki, ground speed 284, kemungkinan indicated ground speed di bawah 200 knot. Dengan climb configuration, ini berisiko terkena stall," tuturnya.
 
Sebagai informasi, stall merupakan daya angkat pesawat. Jika pesawat mengalami stall, maka sangat berisiko akan jatuh.
 
"The next following jatuh speed di bawah 190 knot. Artinya di bawah 170 atau 160. Ini perkiraan saja. Kalau lihat ground speed 115 knot, indikasi keras terkena full stall, dan itu sulit di-recover," ucapnya.
 
 
Selain itu, ia juga menyebut bahwa dari data 1 menit terakhir sebelum lost contact, indikasinya tidak normal.
 
"Dari menit 07.39 UTC hanya 1 menit jatuh dari ketinggian 11 ribu kaki ke kanan dengan kecepatan sangat ekstrem," tutur captain Vincent.
 
Namun, Captain Vincent tetap meminta masyarakat menunggu investigasi KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi).
 
 
"Sekali lagi, data-data yang ada di flightradar ini akurasinya mungkin hanya 30, atau bahkan 20 persen saja. Tidak bisa jadi patokan," katanya.
 
"Saya hanya membantu pertanyaan netizen yang tanya apa maksud dari data-data yang ada di flightradar ini. Saya berbela sungkawa kepada semua korban," ujar Vincent mengakhiri analisisnya.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: YouTube Sobat Dosen


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah