Erdogan Kembali Terpilih Menjadi Presiden Turki

- 29 Mei 2023, 20:22 WIB
Erdogan kembali memenangkan pemilihan presiden Turki
Erdogan kembali memenangkan pemilihan presiden Turki /Instagram@rterdogan/

SUMEDANG BAGUS - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memenangkan pemilihan kembali, memperpanjang pemerintahannya hingga tahun 2028. Kepala Dewan Pemilihan Umum Turki mengumumkan Erdogan sebagai pemenang pemungutan suara putaran kedua yang bersejarah, dengan memperoleh 52,14 persen suara.

Erdogan mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh rakyat atas kepercayaan mereka untuk memimpin negara ini kembali selama lima tahun mendatang. Ia berjanji akan layak atas kepercayaan tersebut dan berusaha untuk mencapai abad kedua Turki.

Selama pemerintahannya, Erdogan menghadapi kritik baik dari dalam negeri maupun internasional karena menekan oposisi dan menerapkan tindakan otoriter. Meskipun awalnya mendapat pujian atas prestasi ekonomi dan politiknya, kebijakan ekonomi yang tidak konvensional dikaitkan dengan tingkat inflasi yang tinggi dan krisis biaya hidup di negara ini.

Rival utama Erdogan dalam pemilihan ini, Kemal Kilicdaroglu, mewakili aliansi oposisi sosial demokrat sekuler. Ia menekankan pesan-pesan kebebasan dan demokrasi, berjanji untuk menghapus perubahan konstitusional dan mengembalikan sistem parlementer. Namun, kemenangan Erdogan menunjukkan dukungan yang kuat dari pemilih konservatif, yang menghargai upayanya dalam mempromosikan Islam dan meningkatkan pengaruh Turki di dunia.

Baca Juga: PT KAI Daop 2 Bandung Percepat Perjalanan Kereta Api

Di tingkat internasional, pemerintahan Erdogan menolak keanggotaan Swedia di NATO dan membeli sistem pertahanan rudal dari Rusia, yang menyebabkan pengusiran Turki dari proyek pesawat tempur yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Namun, Turki juga berperan dalam memfasilitasi pengiriman gandum dari Ukraina yang menghindarkan krisis pangan global.

Kepresidenan Erdogan ditandai oleh pergeseran kekuasaan dari peran yang sebagian besar seremonial menjadi jabatan yang lebih kuat melalui referendum tahun 2017. Ia mengkonsolidasikan kekuasaan lebih banyak di tangannya sendiri, terutama setelah upaya kudeta yang gagal yang diduga dilakukan oleh Fethullah Gulen, seorang ulama Islam yang berbasis di Amerika Serikat.

Halaman:

Editor: Achmad Wirahadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x