PR SUMEDANG - Di Myanmar, para pemuda sedang memerangi pemadaman internet dan penindasan informasi oleh Junta dengan buletin cetak bawah tanah yang eksplosif yang secara diam-diam mereka distribusikan ke seluruh komunitas.
Selama 56 hari berturut-turut telah terjadi pemadaman internet di Myanmar yang dilanda kudeta, menurut kelompok pemantau NetBlocks.
Myanmar kini berada dalam kekacauan sejak pemimpin yang terpilih secara demokratis Aung San Suu Kyi digulingkan dalam kudeta 1 Februari 2021, memicu pemberontakan massal yang mengakibatkan tindakan keras keamanan yang brutal dan lebih dari 700 kematian warga sipil.
Baca Juga: Berapa Lama Kekebalan dari Vaksinasi Covid-19 Bisa Bertahan? Simak Penjelasannya
Lynn Thant yang berusia tiga puluh tahun, bukan nama sebenarnya, memulai buletin bawah tanah dan memberinya nama aneh Molotov untuk menarik kaum muda.
"Ini adalah tanggapan kami terhadap mereka yang memperlambat arus informasi - dan itu merupakan ancaman bagi kami," katanya kepada AFP, seperti dikutip PikiranRakyat-Sumedang.com.
Ribuan pembaca di seluruh negeri mengunduh versi PDF dari publikasi tersebut dan mencetak serta mendistribusikan salinan fisiknya ke seluruh lingkungan di Yangon dan Mandalay dan daerah lainnya.
Baca Juga: Ketiak Bau Bawang? Ini Cara Efektif dan Mudah Hilangkan Bau Hanya dengan 15 Detik
Polisi dan tentara menangkap lebih dari 3.000 orang sejak kudeta tersebut, menurut kelompok pemantau lokal Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.