The Mauritanian, Kisah Mohamedou Ould Salahi 14 Tahun Cari Keadilan di Kamp Tahanan Guantanamo

- 10 Maret 2021, 17:30 WIB
Film The Mauritanian Bakal Tayang perdana di Amazon Prime Video Pada 1 April 2021
Film The Mauritanian Bakal Tayang perdana di Amazon Prime Video Pada 1 April 2021 /IMDb/

PR SUMEDANG - Kevin Macdonald memiliki materi nonfiksi sensasional di The Mauritanian, film tersebut adalah hasil adaptasi dari kisah nyata yang dialami Mohamedou Ould Salahi selama penahanannya di Kamp Tahanan Guantanamo terkait serangan teroris 9/11.

The Mauritanian berkisah tentang Mohamedou Ould Slahi, yang menghabiskan 14 tahun dipenjara di Pangkalan Angkatan Laut AS di Kuba yakni Kamp Tahanan Guantanamo, yang dituduh melakukan serangan teroris, meski tidak terbukti.

Berdasarkan memoar terlaris berjudul Guantanamo Diary karya Mohamedou Ould Slahi, The Mauritanian dikemas apik dengan potret buram masa pemerintahan George W. Bush yang kerap mengesampingkan hak asasi manusia kepada tahanan di Kamp Tahanan Guantanamo.

Baca Juga: Bertabur Bintang, KBS akan Tayangkan Drama 'Imitation' Lebih Awal untuk Gantikan Slot 'Dear.M'

Adegan awal The Muritanian dibuka dengan upacara pernikahan meriah di sebuah tenda di pantai kawasan Mauritania, diketahui itu adalah kampung halaman Mohamedou Ould Salahi.

Saat itu November 2001, dua bulan setelah serangan teroris 9/11 di gedung World Trade Center (WTC).

Pada saat itu Mohamedou Ould Salahi telah kembali ke rumahnya setelah bertahun-tahun belajar teknik kelistrikan di Jerman berkat beasiswa.

Baca Juga: Keajaiban Isra Miraj Nabi Muhammad SAW Dibuktikan Pilot Amerika Serikat di Zaman Modern

Namun, keadaan menjadi mencekam saat polisi setempat datang ke Mauritania dan meminta Mohamedou Ould Salahi untuk diinterogasi oleh otoritas AS terkait serangan teroris 9/11.

Ibunda Mohamedou (Baya Belal) terlihat terpukul atas kejadian itu, pasalnya ia mempunyai keyakinan bahwa putranya tidak akan segera kembali, tampaknya dia juga yakin tidak akan pernah melihat putranya lagi.

Mohamedou Ould Salahi akhirnya diangkut ke Kamp Tahanan Guantanamo.

Lebih dari tiga tahun kemudian, muncul kabar di pers Jerman bahwa Mohamedou Ould Salahi dicurigai sebagai salah satu penyelenggara utama serangan teroris 9/11, khususnya karena telah merekrut salah satu pilot dalam serangan itu.

Baca Juga: Spoiler The Penthouse 2 Episode 7: Cheon Seo Jin Menatap Dingin saat Pakai Gaun, Bagaimana Nasib Eun Byeol?

Di sana, Mohamedou Ould Salahi lantas diinterogasi terkait serangan teroris 9/11.

Untuk mendapat pengakuannya, otoritas sipir di Kamp Tahanan Guantanamo melakukan penyiksaan yang sadis hingga kekerasan secara mental kepada Mohamedou Ould Salahi.

Meskipun tidak ada tuntutan resmi yang dituduhkan kepada Mohamedou Ould Salahi, tuduhan tersebut hanya dipicu oleh kesaksian dari seorang jihadis Yaman yang menghabiskan satu malam di apartemen Mohamedou di Jerman.

Baca Juga: Google Hapus 3 VPN dan Beberapa Aplikasi Mencurigakan dari Play Store, Sudah Pernah Install?

Selain dari tindakan mencurigakan menghapus kontak ponselnya, bukti terhadap Mohamedou Ould Salahi sebagian besar bersifat tidak langsung, terutama panggilan telepon terkait transfer uang ke sepupunya, yang notabene seorang agen Al-Qaidah terkemuka.

Hal itu memicu ibunda Mohamedou Ould Salahi menuntut keadilan bagi anaknya, ditujulah pengacara Nancy Hollander (Jodie Foster) untuk membantu membebaskan Mohamedou Ould Salahi.

Nancy Hollander pun mengambil keputusan besar untuk membantu Salahi dalam menuntut keadilan dan membebaskannya dari Kamp Tahanan Guantanamo.

Baca Juga: Gantikan Naeun APRIL, Pyo Ye Jin Didapuk Jadi Pemeran Drama Korea 'Taxi Driver'

Kabar serangan teroris 9/11 yang diduga melibatkan Mohamedou Ould Salahi ini sampai ke telinga Letnan Kolonel Stuart Couch (Benedict Cumberbatch) yang kemudian dipilih menjadi jaksa dalam persidangannya.

Saat itu Nancy Hollander ditemani rekannya, yaitu Teri Duncan (Shailene Woodley), mulai mengumpulkan bukti, yang sama-sama dilakukan Stuart Couch, meski berbeda pihak.

Mereka pun menemukan banyak fakta mengejutkan soal Kamp Tahanan Guantanamo dan konspirasi yang dilakukan pihak pemerintah masa pemerintahan George W. Bush.

Baca Juga: Jadi Teman Dekat, Rose BLACKPINK dan Hyeri Girls Day akan Tampil di 'Knowing Brother'

The Mauritanian dikemas sangat jujur dalam menunjukkan masa pemerintahan George W. Bush yang mengizinkan metode interogasi dengan melanggar hak asasi manusia.

Hal itu bisa dibilang warisan paling memalukan dari Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld, tetapi juga diikuti masa pemerintahan Obama yang gagal untuk menutup Kamp Tahanan Teluk Guantanamo tersebut.

Noda pemerintah Republik dan Demokrat adalah poin penting, bahkan jika film tersebut tidak membahas pembatasan kongres yang menghalangi komitmen Obama untuk menutup Kamp Tahanan Teluk Guantanamo.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Hollywood Reporter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah